
Rashdul Qiblah: Cara Mudah Menentukan Arah Kiblat
Oleh Rahman Helmi[*]
Pendahuluan
Setiap tahun, ada dua momen istimewa ketika matahari berada tepat di atas Ka’bah, di Kota Makkah. Peristiwa ini dalam ilmu falak (astronomi Islam) dikenal dengan istilah Rashdul Qiblah, yang artinya adalah “pengamatan arah kiblat”. Pada saat inilah, kita bisa mengetahui arah kiblat secara akurat hanya dengan bantuan sinar matahari.
Dalam istilah astronomi, saat Rashdul Qiblah terjadi, posisi matahari berada sejajar dengan lintang Ka’bah, yaitu sekitar 21°25’21” Lintang Utara. Peristiwa ini juga dikenal dengan nama lain, yaitu Istiwa A’zham atau kulminasi agung, karena saat itulah matahari benar-benar “berkulminasi” atau berada di titik tertinggi di langit tepat di atas Ka’bah.

Pada saat Matahari berada di atas Ka’bah, ada dua kejadian penting yang terjadi, yaitu yang pertama tidak ada bayangan benda yang berdiri tegak di Makkah. Artinya, jika ada tiang atau tongkat yang ditancapkan tegak lurus di tanah, bayangannya akan menghilang karena Matahari berada tepat di atas kepala. Ini disebut sebagai hari tanpa bayangan.
Kedua, di tempat lain di dunia (selama Matahari masih terlihat atau belum tenggelam), bayangan benda tegak lurus akan menunjuk langsung ke arah Ka’bah. Jadi, kalau kita menancapkan tongkat secara tegak di tanah, bayangannya akan mengarah tepat ke arah kiblat. Inilah yang disebut sebagai momen Rashdul Qiblah, yaitu saat yang sangat baik untuk mengecek dan meluruskan arah kiblat.
Ketika matahari berada tepat di atas Ka’bah, bayangan benda apa pun yang tegak lurus—seperti tongkat, tiang, atau benda panjang lainnya—akan mengarah lurus ke arah kiblat. Kita tidak perlu alat-alat canggih seperti kompas atau theodolit. Cukup dengan benda tegak dan sinar matahari. Artinya, jika kita berdiri di tempat yang masih bisa melihat matahari saat itu, cukup dengan menancapkan tongkat secara tegak dan melihat ke mana bayangannya mengarah. Bayangan itulah yang menunjukkan arah Ka’bah.
Rashdul Qiblah tetap penting dan relevan sampai sekarang, meskipun kita hidup di zaman digital. Ini adalah cara tradisional yang sederhana dan akurat untuk mengecek arah kiblat. Saat matahari berada tepat di atas Ka’bah, bayangan benda yang berdiri tegak lurus akan menunjukkan arah kiblat secara langsung. Siapa saja bisa melakukannya tanpa alat canggih—cukup dengan tongkat dan sinar matahari.
Metode ini memberi kesempatan bagi umat Islam untuk mandiri secara ilmiah, tidak hanya bergantung pada alat atau aplikasi. Kita jadi punya keyakinan dan kepastian sendiri dalam menjalankan ibadah, khususnya salat. Bagi masyarakat tradisional, cara ini sangat sederhana, murah, dan mudah dilakukan, sehingga menjadi bagian dari kearifan lokal dalam ilmu falak atau astronomi Islam.
Dengan memanfaatkan momen ini, umat Islam di berbagai tempat bisa meluruskan arah kiblat masjid atau tempat salat mereka secara mudah dan ilmiah, tanpa perlu kompas atau aplikasi digital. Tentu, asalkan cuaca cerah dan matahari terlihat jelas.
Waktu Terjadi Rashdul Qiblah
Rashdul Qiblah adalah peristiwa alam yang sangat bermanfaat untuk menentukan arah kiblat secara tepat. Dari beberapa referensi, peristiwa ini terjadi dua kali setiap tahun, yaitu Tanggal 27 atau 28 Mei pukul 12.18 Waktu Saudi Arabia (16.18 WIB /17.18 WITA), dan tanggal 15 atau 16 Juli pukul 12.27 Waktu Saudi Arabia (16.27 WIB/17.27 WITA)
Untuk menentukan tanggal dan waktu terjadi Rashdul Qiblah yang tepat, ada dua langkah utama yang perlu dilakukan, pertama, melihat posisi matahari (disebut deklinasi) dan mencocokkannya dengan posisi Ka’bah. Ka’bah berada pada garis lintang sekitar 21°25′21″ Lintang Utara. Jadi, kita cari tanggal ketika posisi matahari paling dekat dengan angka ini.
Kedua, setelah menemukan tanggal yang sesuai, langkah selanjutnya adalah menghitung waktu saat matahari tepat di atas Ka’bah, atau disebut juga kulminasi. Ini adalah saat ketika Matahari mencapai titik tertingginya di langit, dan bayangan benda tegak lurus akan menunjuk langsung ke arah kiblat.
Berdasarkan langkah-langkah penentuan terjadi Rashdul Qiblah di atas, untuk tahun 2025, dua tanggal yang paling cocok adalah 27 Mei 2025, dengan waktu kulminasi di Ka’bah terjadi pada pukul 12.17.53,46 (12.18) menurut Waktu Arab Saudi. Kedua, pada 15 Juli 2025, dengan waktu kulminasi terjadi pada pukul 12.26.43,34 (12.17) Waktu Arab Saudi. Pada saat-saat itulah, matahari berkulminasi di atas Ka’bah.
Apakah Matahari Selalu Tepat di Atas Ka’bah saat Rashdul Qiblah?
Banyak orang mengira bahwa saat terjadi Rashdul Qiblah, posisi matahari berada tepat di atas Ka’bah. Namun kenyataannya, matahari tidak selalu persis berada di atas (titik zenit) Ka’bah, melainkan hanya sangat dekat.

Kalau kita lihat data astronomi, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1, posisi (deklinasi) matahari pada tanggal-tanggal tersebut masih memiliki selisih kecil dibandingkan dengan posisi (lintang) Ka’bah. Misalnya pada 27 Mei 2025, deklinasi Matahari adalah +21°22′05″, sedangkan lintang Ka’bah adalah sekitar +21°25′21”. Artinya, posisi Matahari masih berjarak sekitar 3 menit busur (0°03′16″) dari titik zenit Ka’bah.
Sedangkan pada 18 Mei 2025, ketika Matahari hanya berjarak sekitar 6 menit busur (0°06′25″) dari zenit Ka’bah. Hal serupa juga terjadi pada 15 Juli 2025, ketika Matahari hanya berjarak sekitar 1 menit busur (0°01′43″) dari zenit Ka’bah. Namun pada 16 Juli 2025, Matahari sudah berjarak sekitar 8 menit busur (0°08′06″) dari zenit Ka’bah
Meski jarak zenit ini sangat kecil dan secara praktis tidak memengaruhi keakuratan arah bayangan untuk menunjukkan kiblat, informasi ini penting untuk dipahami, terutama oleh mereka yang mendalami ilmu falak. Jadi, Rashdul Qiblah tetap sah dan sangat bermanfaat, meskipun secara teknis matahari tidak benar-benar persis berada di titik zenit Ka’bah.
Karena posisi matahari yang tidak benar-benar persis berada di titik zenit Ka’bah, maka waktu Rashdul Qiblah juga sedikit berbeda di tiap daerah. Untuk mengetahui perbedaan waktu Rashdul Qiblah di tiap tempat tersebut, kita dapat melakukan perhitungan saat Matahari melintas di arah kiblat (azimut kiblat) setempat atau saat azimut matahari sama dengan azimut kiblat setempat, seperti pada tabel di bawah ini.

Walaupun secara umum kita menyebut Rashdul Qiblah terjadi pada tanggal 27 Mei dan 15 Juli, nyatanya waktu persis ketika matahari melintas di arah kiblat (azimut Ka’bah) tidaklah sama di setiap daerah.
Hal ini terjadi karena posisi geografis setiap kota berbeda-beda, azimut kiblat di tiap kota juga sedikit berbeda tergantung dari letaknya terhadap Ka’bah, dan karena matahari tidak benar-benar tepat di atas Ka’bah, maka kita tidak bisa memakai satu waktu seragam untuk semua tempat.
Oleh karena itu, untuk penyesuaian waktu Rashdul Qiblah agar akurat sesuai arah kiblat setempat, kita perlu menghitung kapan posisi matahari tepat berada pada azimut kiblat lokal. Itulah yang ditampilkan dalam Tabel 2 di atas.
Sebagai contoh di Banjarmasin, pada 27 Mei 2025, matahari berada tepat di arah kiblat pada pukul 17.19.13 WITA. Sedangkan pada 15 Juli 2025, waktunya adalah 17.30.23 WITA. Di Kotabaru, waktunya sedikit berbeda, yaitu 17.19.15 WITA (27 Mei) dan 17.30.39 WITA (15 Juli).
Berdasarkan perhitungan waktu saat matahari melintas di azimut kiblat setempat (lihat tabel sebelumnya), maka untuk wilayah Kalimantan Selatan, Rashdul Qiblah tahun 2025 dapat disederhanakan menjadi tanggal 27 Mei 2025 pukul 17.19 WITA dan 15 Juli 2025 pukul 17.30 WITA.
Waktu ini sudah dibulatkan hingga satuan menit berdasarkan pengamatan di berbagai kota/kabupaten di Kalimantan Selatan, dan cukup akurat untuk keperluan penentuan arah kiblat dengan bayangan matahari. Meskipun tiap kota memiliki waktu berbeda dalam hitungan detik, perbedaan tersebut sangat kecil dan tidak berdampak signifikan terhadap arah bayangan. Oleh karena itu, penggunaan waktu yang dibulatkan ke menit tetap praktis dan valid untuk keperluan umum, seperti: menentukan arah kiblat di rumah atau musala, edukasi dan praktik lapangan di sekolah, atau penyuluhan oleh penyuluh agama atau petugas hisab-rukyat.
Langkah-langkah pengukuran arah kiblat
Berikut adalah langkah-langkah pengukuran arah kiblat berdasarkan Rashdul Qiblah dengan menggunakan tongkat atau bandul:
Alat yang Diperlukan:
- Tongkat lurus atau bandul (benang dengan beban di ujung)
- Permukaan datar dan terkena sinar matahari langsung
- Jam yang akurat sesuai Waktu Indonesia Tengah (WITA)
- Alat tulis atau tanda untuk menandai bayangan


1. Tentukan Waktu Rashdul Qiblah
- Gunakan waktu Rashdul Qiblah yang sudah disesuaikan untuk Kalimantan Selatan, yaitu:
- 27 Mei 2025 pukul 17.19 WITA
- 15 Juli 2025 pukul 17.30 WITA
- Pastikan waktu yang digunakan sudah tepat dan disesuaikan dengan WITA.
2. Pilih Lokasi Terbuka dan Rata
- Cari tempat yang datar, terkena sinar matahari langsung, dan tidak terhalang bayangan dari bangunan atau pohon.
3. Tegakkan Tongkat atau Gantungkan Bandul
- Letakkan tongkat tegak lurus pada permukaan datar (misalnya ubin atau lantai).
- Jika menggunakan bandul, gantunglah hingga benar-benar lurus dan tidak bergoyang.
4. Amati Bayangan Tepat pada Waktu Rashdul Qiblah
- Pada saat waktu Rashdul Qiblah tiba tepat, segera amati dan tandai arah bayangan tongkat atau bandul.
- Bayangan tersebut akan menunjuk langsung ke arah Ka’bah (kiblat).
5. Tandai dan Tarik Garis Arah Kiblat
- Tandai dua titik: ujung bayangan dan pangkal tongkat.
- Tarik garis lurus antara dua titik tersebut.
- Garis tersebut adalah arah kiblat yang akurat di lokasi Anda.
Sebagai tip tambahan:
- Gunakan alat ukur sudut atau penggaris panjang untuk menarik garis dengan presisi.
- Jika ingin permanen, garis arah kiblat ini bisa diberi cat atau dilanjutkan dengan pengukuran arsitektural (misalnya, untuk pembangunan musala atau masjid).
Rashdul Qiblah di Dunia Pendidikan
Rashdul Qiblah bukan hanya soal ilmu bintang atau arah matahari. Ia juga merupakan cara belajar agama yang menggabungkan ibadah dan ilmu pengetahuan. Dengan melakukan Rashdul Qiblah, umat Islam bisa memahami bagaimana fenomena alam seperti posisi matahari berkaitan langsung dengan arah kiblat, yang menjadi bagian penting dalam salat.
Metode ini bisa dijadikan kegiatan tahunan yang sekaligus jadi sarana pembelajaran langsung, terutama untuk anak-anak, remaja, atau masyarakat umum. Saat mereka ikut mengamati bayangan tongkat untuk melihat arah kiblat, mereka juga belajar tentang sains dan agama secara bersamaan.
Di tengah kenyataan bahwa pemahaman sains di kalangan umat Islam masih tergolong rendah, Rashdul Qiblah bisa jadi contoh bagaimana ilmu yang rumit bisa disampaikan dengan cara yang sederhana, namun tetap sesuai ajaran agama dan berdasarkan data nyata dari alam.
Di sekolah atau madrasah, khususnya yang berada di bawah Kementerian Agama, Rashdul Qiblah bisa menjadi media pembelajaran sains yang menyenangkan dan mudah dipraktikkan. Anak-anak bisa diajak mengenal matahari, arah, bayangan, waktu salat, dan lainnya, sambil tetap memahami makna spiritualnya.
Di zaman sekarang, Rashdul Qiblah juga bisa jadi cara menarik untuk mengenalkan astronomi Islam di sekolah, madrasah, atau pesantren. Sayangnya, ilmu falak atau astronomi Islam belum banyak dimasukkan dalam pelajaran formal.
Padahal, Rashdul Qiblah bisa jadi pintu masuk. Misalnya, setiap tahun diadakan kegiatan praktik lapangan:
- Siswa diajak mengamati bayangan matahari,
- Mencatat waktu terjadinya,
- Mencocokkan dengan arah kiblat digital,
- Lalu membuat laporan ilmiah sederhana.
Dengan cara ini, siswa bukan hanya belajar teori agama dan sains, tapi juga mengalami langsung proses ilmiah. Pelajaran ini bisa dikaitkan dengan fikih, IPA, bahkan geografi, menjadikannya pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan aplikatif.
Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Agama juga bisa menjadikan Rashdul Qiblah sebagai bagian dari kegiatan dakwah dan literasi agama nasional, agar semakin banyak umat Islam yang sadar pentingnya arah kiblat yang tepat.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengamatan Rashdul Qiblah
Meskipun metode Rashdul Qiblah sangat bermanfaat, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, cara ini sangat bergantung pada cuaca cerah. Jika langit mendung atau hujan, kita tidak bisa melihat bayangan matahari dengan jelas. Selain itu, kalau tidak tahu cara mengamatinya dengan benar, bisa saja hasilnya salah. Karena itu, orang yang ingin menggunakannya perlu mendapat panduan atau pelatihan terlebih dahulu.
Kedua, harus dilakukan pada lokasi yang terbuka. Di kota-kota besar, sering kali sulit mencari tempat terbuka yang cukup luas dan terkena cahaya matahari langsung. Gedung-gedung tinggi bisa menghalangi bayangan, sehingga dapat menyulitkan pengamatan Rashdul Qiblah.
Ketiga, hanya bisa dilakukan dua kali dalam setahun. Jika waktu itu terlewat atau tidak memungkinkan, maka tidak ada kesempatan lain dalam tahun tersebut untuk metode ini.
Keempat, ketelitian praktis bergantung pada pelaksana. Jika tongkat tidak benar-benar tegak, atau bayangan tidak ditandai dengan tepat, hasilnya bisa meleset. Ketelitian juga tergantung pada cara menggambar garis bayangan
Penutup
Metode Rashdul Qiblah sangat sederhana, murah, dan akurat, jika dilakukan dengan tepat dan pada kondisi ideal. Namun, ia tidak selalu praktis karena dibatasi oleh waktu, cuaca, dan lokasi. Meskipun ada kekurangan, Rashdul Qiblah tetap sangat penting. Ia bisa menjadi cara sederhana untuk belajar ilmu falak (astronomi Islam), sekaligus memperkuat kesadaran dalam menjalankan ibadah yang benar. Dengan bimbingan yang baik, metode ini bisa menjadi sarana dakwah yang menyenangkan dan ilmiah, bahkan di zaman digital seperti sekarang.
[*] Dosen Fakultas Syariah UIN Antasari Banjarmasin Bidang Ilmu Falak (Astronomi Islam)