
Pakar Ulas Isu Ekologi dan Polemik Metodologi Hadis di Iconus ke-3 FUH UIN Antasari
BANJARBARU – Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUH) Universitas Islam Negeri Antasari, kembali menggelar International Conference on Ushuluddin and Humanities (Iconus) untuk ketiga kalinya pada Selasa (28/10/2025). Konferensi yang berlangsung di Aula Gedung Rektorat Kampus 2 Banjarbaru ini mengusung tema “Religion and Ecology: Inspiration from The Qur’an, Tradition, and Islamic Civilization”.
Acara ini menghadirkan narasumber internasional dari Universiti Islam Malaysia Prof. Dr. Ahamad Asmadi Sakat, serta pakar internal UIN Antasari Prof. Dr. Wardani, M.Ag.
Konferensi dibuka resmi Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., melalui Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Prof. Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag. Dalam sambutannya, Prof. Sagir menekankan pentingnya tema konferensi ini sebagai respons terhadap isu perubahan iklim global.
“Kita sengaja mendatangkan para narasumber yang kompeten di bidangnya, untuk membahas suatu tema yang sangat penting dan urgen, untuk kemudian bisa diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan nyata menyelamatkan alam kita,” ujar Wakil Rektor.

Ia menambahkan, bahwa UIN Antasari juga telah mengambil langkah-langkah nyata menuju green campus, sebagai realisasi komitmen turut serta menjaga kelestarian alam.
Sebelumnya, Dekan Dr. Dzikri Nirwana, M.Ag. selaku tuan rumah menyampaikan, Iconus merupakan ajang akademik berkelanjutan yang telah dimulai sejak 2023. Menurutnya, tema lingkungan hidup diangkat, karena sejalan dengan isu nasional dan target kinerja Kementerian Agama.
“Pihak kampus UIN Antasari melakukan banyak sekali terobosan-terobosan, di antaranya adalah dengan membuka salah satu Program Studi Ilmu Lingkungan, yang dengan ini mudah-mudahan bisa memberikan banyak wacana pemikiran untuk bagaimana pelestarian lingkungan itu bisa diwujudkan,” katanya.


Krisis Lingkungan adalah Krisis Spiritual
Acara dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi, dengan narasumber pertama adalah Guru Besar FUH Prof. Wardani. Dalam kesempatannya, ia mengangkat judul “Islam Ramah Lingkungan: Perspektif Eko-teologi Al-Qur`an”.
Prof. Wardani menyoroti bahwa akar terdalam dari krisis lingkungan adalah krisis spiritual. Mengutip Al Gore, ia menegaskan, “Lebih dalam saya menggali akar krisis lingkungan yang melanda dunia, lebih mantap pula keyakinan saya, bahwa krisis ini tidak lain adalah manifestasi nyata dari krisis spiritual”.
Dalam perspektif Eko-teologi Al-Qur’an, lanjutnya, memandang alam semesta sebagai ciptaan yang sia-sia adalah pertanda kekafiran. Ia menyebutnya sebagai “kufur ekologis”, yang berimplikasi pada pengingkaran kewajiban moral dan kebutaan spiritual.
Pentingnya Memahami Metodologi Hadis
Berbeda dengan isu ekologi, narasumber dari Malaysia, fokus pada kajian hadis melalui presentasinya yang berjudul “Polemik Hadis para Ulama Hadis: Kekuatan dan Cara Berinteraksi Menyatukan Umat”.
Setelah tanya jawab, acara dilanjutkan dengan sesi presentasi panel oleh para peserta di ruang terpisah, baik secara luring maupun daring.
(Fur/Ana)








