
Wisuda Sarjana ke-87 dan Pascasarjana ke-57 UIN Antasari: Sosok Taupik Rahman, Yatim Piatu yang Tak Gentar Taklukan Tantangan Hidup
BANJARBARU – Suasana gembira terlihat dari para audiens yang berhadir di Gedung Serbaguna Kampus 2 UIN Antasari, Sabtu (22/11/2025). Di tengah ratusan pasang mata yang menyaksikan Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana ke-87 dan Wisuda Magister serta Doktor ke-57, sosok Taupik Rahman, M.H., mencuri perhatian.
Pemuda asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah ini tidak hanya berhasil menyelesaikan studi S-2 Hukum Ekonomi Syariah dengan predikat Pujian (IPK 3,80), tetapi juga menyimpan kisah perjuangan hidup yang menggetarkan hati.
Taupik bukanlah mahasiswa biasa yang memiliki privilese dukungan penuh orang tua. Ia adalah seorang yatim piatu yang telah lama berjuang hidup mandiri tanpa merasakan kasih sayang ayah dan ibu. Orang tuanya telah tiada . Namun, ketiadaan sosok orang tua tidak membuat Taupik patah arang, justru menjadi bahan bakar semangat untuk menaklukkan tantangan akademik di tanah rantau.
Di mata rekan-rekan dan dosennya, Taupik dikenal sebagai sosok yang rajin dan aktif berdiskusi di dalam kelas. Kehangatan hatinya juga dirasakan oleh teman-temannya; ia dikenal ringan hati membantu mereka yang kesulitan dalam memahami pelajaran, bahkan tak segan mentraktir kawan-kawannya meski ia sendiri harus berhemat. Ketekunannya membuahkan hasil manis dengan tuntasnya masa studi tepat waktu di tengah berbagai tantangan hidup yang ia hadapi.
Dalam momen bahagia tersebut, Taupik mengungkapkan rasa syukurnya yang mendalam. Ia merasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar UIN Antasari.
“Alhamdulillah, sebagai seorang akademisi yang sudah menempuh pendidikan di UIN Antasari Banjarmasin, saya sangat bangga bisa menjadi alumni,” ungkap Taupik kepada Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi.
Bagi Taupik, pendidikan yang ia tempuh bukan sekadar formalitas gelar, melainkan sebuah proses transformasi diri.
“Banyak ilmu dan pemahaman baru yang saya dapatkan, yang mana menurut saya ilmu tersebut sangat-sangat berguna bagi saya dan untuk kemajuan dalam peradaban keilmuan dan keislaman,” tambahnya.
Sebagai perantau dari provinsi tetangga, Taupik mengakui bahwa suasana kampus sangat membantunya beradaptasi dan merasa diterima, seolah menemukan keluarga baru.
“Ditambah lingkungan yang harmonis dan agamais, membuat proses mengajar dan belajar sangat nyaman. Tentu hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi saya yang merupakan pendatang di Banjarmasin,” tuturnya.
Taupik adalah satu dari 579 wisudawan yang dikukuhkan hari itu. Berdasarkan laporan, wisuda kali ini diikuti oleh 8 orang program Doktor, 51 orang Magister, dan ratusan sarjana dari berbagai fakultas. Secara historis, UIN Antasari telah meluluskan total 35.518 orang sejak berdiri tahun 1964.
Menutup wawancara, Taupik memberikan pesan mendalam bagi generasi muda yang mungkin tengah berjuang seperti dirinya.
“Cari dan kejarlah ilmu, karena dengan itu kamu bisa menjadi mulia,” pungkasnya.
(Fur/Ana)




