
Teliti Pilihan Mahasiswa, Prof. Juhaidi Kenang Pilihan Personalnya Saat Pengukuhan Guru Besar
BANJARBARU – Suasana di Gedung Serbaguna Kampus 2 Universitas Islam Negeri Antasari, Selasa (4/11/2025), terasa khidmat. Sembilan guru besar dikukuhkan dalam satu majelis, masing-masing bersiap menyampaikan orasi ilmiahnya.
Di antara deretan pidato akademis, ada satu momen yang mengundang senyum. Saat menutup orasinya, Prof. Dr. Ahmad Juhaidi, M.Pd., seorang pakar Pemasaran Pendidikan, mengenang satu “keputusan” terpenting dalam hidupnya. Ia secara khusus berterima kasih kepada sang istri.
“Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih buat Dewi Sarastuti yang telah memilih saya di antara ratusan atau ribuan alternatif lain,” tegas Prof. Juhaidi.
Ungkapan personal yang disambut hangat hadirin itu, ternyata dinilai sangat relevan dengan bidang keilmuan yang baru saja mengantarkannya ke puncak karier akademik.
Adapun orasi ilmiahnya berjudul “Determinasi Keputusan Calon Mahasiswa dalam Memilih Perguruan Tinggi: Perspektif Lokal dan Global”, Prof. Juhaidin pun membedah faktor-faktor rumit yang memengaruhi pilihan seseorang untuk mendaftar ke universitas—sebuah keputusan yang seperti pilihan hidup dan dinilai tidak sederhana.
Medsos Lemah, Reputasi Negara Jadi Kunci
Dalam penelitiannya, Prof. Juhaidi menyoroti perbedaan besar antara faktor pilihan di level global dan lokal. Untuk universitas kelas dunia, persaingan sudah merambah level global.
Temuan kuncinya, calon mahasiswa internasional tidak mudah terpengaruh oleh promosi di media sosial seperti Instagram. Menurutnya, keputusan studi ke luar negeri melibatkan investasi besar (waktu, tenaga, dan biaya) sehingga calon mahasiswa lebih mengandalkan sumber informasi kredibel.
“Bagi universitas kelas dunia, reputasi mereka telah mapan melalui mekanisme lain, sehingga dampak sosial media relatif sangat kecil,” ujar Prof. Juhaidi dalam orasinya.
Studi yang ia lakukan bersama rekan-rekannya terhadap 164 universitas top dunia versi QS 2024 membuktikan, bahwa faktor yang jauh lebih kuat adalah:
- Kualitas pendidikan secara umum di negara tersebut.
- Stabilitas sosio-politik dan keamanan negara tujuan.
- Peringkat universitas yang diakui secara global.
Lokal: Pengaruh Orang Tua Lebih Kuat dari Iklan
Sementara di konteks lokal, khususnya pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia, temuannya justru berbeda.
Penelitian Prof. Juhaidi menunjukkan bahwa promosi dan iklan universitas memiliki pengaruh yang lemah. Faktor yang terbukti paling besar pengaruhnya secara tidak langsung adalah norma subjektif, yakni dukungan dan rekomendasi dari orang-orang berpengaruh seperti orang tua dan sahabat.
Selain itu, faktor penentu lainnya adalah kesadaran merek kampus, dan persepsi kuat calon mahasiswa terhadap peluang karier setelah lulus nanti.
Ia bahkan memperingatkan bahwa strategi promosi yang salah bisa menjadi bumerang.
“Misalnya menekankan biaya murah, cenderung menurunkan persepsi tentang manfaat dan reputasi universitas,” paparnya.
Pengukuhan Prof. Juhaidi, yang lahir di Padang Batung (Hulu Sungai Selatan) ini, dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka. Ia dikukuhkan bersama delapan guru besar lainnya oleh Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A.
(Fur/Ana)
Tag:Ahmad Juhaidi, Guru Besar


