
Persembahan untuk Ibu dan Almarhum Ayah: Perjuangan Aulia Rahmi Raih Predikat Yudisiawan FUH Terbaik
BANJARMASIN – Selalu ada cerita menarik sekaligus mengharukan dari mereka yang sukses menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, meskipun dengan kemampuan ekonomi keluarga yang sangat terbatas, bahkan berkekurangan.
Salah satu cerita itu datang dari Aulia Rahmi, S.Ag., yang berhasil menuntaskan perkuliahan di Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUH), Universitas Islam Negeri Antasari.
Tidak hanya sekadar selesai, bahkan ia menjadi yudisiawan terbaik dan peraih indeks prestasi kumulatif tertinggi, dengan IPK 3,90, pada pelaksanaan Yudisium Semester Genap FUH Tahun Akademik 2024/2025, di Auditorium Mastur Jahri Kampus 1, Kamis (11/9/2025).
“Hari ini adalah salah satu titik penting dalam perjalanan akademik kita. Sebuah pencapaian yang tidak diraih dengan mudah, melainkan melalui proses panjang yang penuh perjuangan, pengorbanan, dan doa,” ungkap Aulia saat diminta menyampaikan kesan dan pesannya mewakili seluruh peserta.
Ia mengakui, setiap dari yudisiawan tentu memiliki cerita perjuangan masing-masing, dari yang harus berjuang secara finansial, hingga yang harus menyeimbangkan studi dengan tanggung jawab keluarga dan pekerjaan.
“Saya berasal dari keluarga sederhana. Ibu saya seorang penjahit kecil-kecilan, telah berjuang keras membiayai pendidikan saya dan adik-adik saya. Terima kasih ibu, berkat dukungan dan doamu, bukan hanya saya saja yang dapat melanjutkan kuliah, tapi juga 2 orang adik saya yang saat ini menempuh semester 7 dan 3 di kampus ini juga,” cerita Aulia.
Tak lupa, ia juga mengingat peran sang ayah yang telah tiada. Aulia pun yakin almarhum berbangga melihat sang anak meraih gelar sarjana.
“Keberhasilan ini bukan hanya milik saya, tapi juga milik ibu saya, keluarga, dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan,” kisah Aulia penuh haru.
Ia juga secara khusus menyampaikan terima kasih kepada pemerintah, yang sudah membantu biaya pendidikan melalui Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Menurut Aulia, Progam KIP Kuliah sangat bagus dan membantu, terbukti dengan seleksi yang ketat bagi calon penerima. Tidak hanya dari segi akademik, kemampuan lain juga menentukan untuk lulus seleksi.
“Saya sangat terkesan dengan proses seleksi yang tidak hanya menilai kemampuan akademik, tetapi juga bacaan Al-Qur’an dan tajwid,” ujarnya.
Hal berkesan lainnya bagi Aulia, adalah dosen yang menyeleksinya merupakan Dekan FUH, yang kemudian menjadi dosen penasihat akademik dan pembimbing skripsinya.
“Terima kasih Bapak Dr. Dzikri Nirwana, M.Ag. atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan,” tuturnya disambut aplaus hadirin.
Aulia turut memberikan motivasi kepada seluruh temannya peserta yudisium, agar jangan pernah menyerah dalam mewujudkan mimpi.
“Jangan takut gagal. Yakinlah bahwa setiap usaha akan berbuah hasil, cepat ataupun lambat,” tegasnya.
Aulia turut mengutip perkataan dari Buya Hamka yang juga menjadi moto dalam skripsinya.
“Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama, kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua,” sampainya.
Mewakili seluruh peserta yudisium, Aulia mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas academica FUH dan UIN Antasari, atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama ini.
“Tanpa keikhlasan dan kesabaran bapak dan ibu dalam mendidik, kami tidak akan sampai pada titik ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada staf administrasi fakultas yang selalu membantu proses-proses akademik kami, Semoga semua amal kebaikan bapak dan ibu sekalian menjadi ladang pahala dan keberkahan,” pungkasnya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan oleh Fatimatuz Zahro, S.Psi., peserta yudisium yang merupakan penyandang disabilitas. Ia dengan tulus menyampaikan apresiasi kepada seluruh pimpinan dan civitas academica UIN Antasari, yang telah memberikan pelayanan terbaik.
“Kepada Rektor, Dekan, Kaprodi, dan seluruh staf, saya ucapkan terima kasih,” ujar lulusan Psikologi Islam tersebut.

Menurut Zahro, hidup adalah perjuangan, perjuangan yang akan mengantarkan kepada kemenangan, dan mereka yang berjuanglah yang akan meraih kemenangan.
“Hidup yang tidak diperjuangkan tidak akan pernah dimenangkan,” pungkasnya.
Total ada 131 mahasiswa yang diyudisium hari ini. Dari Prodi Studi Agama-Agama ada 13 orang, IAT 58 orang, Akidah dan Filsafat Islam 18 orang, dan Psikologi Islam 42 orang.
(Jam/Fur/Ana)

