
“Merdeka atau Mati!” Bergema di Apel Hari Pahlawan UIN Antasari
BANJARMASIN – “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih, merah, dan putih, selama itu pula kita tidak akan menyerah kepada siapa pun juga, merdeka atau mati!”.
Lantang dan penuh semangat Mulyadi, S.Ag., M.A.P. membacakan pesan Bung Tomo. Pesan tersebut merupakan salah satu dari pesan-pesan pahlawan yang dibacakannya dalam Apel Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025, Senin (10/11), yang diselenggarakan Universitas Islam Negeri Antasari di Halaman Gedung Pusat Sumber Belajar Kampus 1 Banjarmasin.
Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. yang bertindak sebagai Pembina Apel, membacakan amanat Menteri Sosial Republik Indonesia. Dalam amanatnya, Mensos menyampaikan tiga hal yang dapat diteladani dari para pahlawan, yang masih sangat relevan dan penting diterapkan dalam kehidupan saat ini. Hal pertama adalah kesabaran.
“Mereka sabar menempuh ilmu, sabar menyusun strategi, sabar menunggu momentum, dan sabar membangun kebersamaan di tengah keterbatasan. Mereka tetap bersabar meski menghadapi perbedaan pandangan dan jalan perjuangan,” ujar Menteri.

Pesan kedua dari keteladanan para pahlawan adalah semangat untuk mengutamakan kepentingan orang banyak di atas segalanya. Walaupun berjasa untuk meraih kemerdekaan, para pahlawan tidak berebut jabatan, ataupun mengincar apa yang telah ditinggalkan penjajah. Mereka justru kembali ke masyarakat untuk melanjutkan pengabdian. Di situlah tegas Mensos sebagai letak kehormatan sejati, bukan pada jabatan yang diduduki.
“Bukan pada posisi yang dimiliki, tetapi pada manfaat yang ditinggalkan,” tegas Menteri.
Ketiga, teladan yang bisa dijadikan contoh berikutnya adalah pandangan yang jauh ke depan dari para pahlawan. Mereka berjuang bukan untuk diri sendiri, keluarga, kelompok dan golongan, namun untuk generasi yang akan datang. Dengan motivasi ibadah, sehingga darah dan air mata mereka menjadi doa yang tak pernah padam.
“Ini adalah modal besar bagi generasi kita saat ini. Semangat perjuangan yang pantang menyerah adalah kekuatan bagi kita dan generasi mendatang untuk meneruskan cita-cita para pahlawan yang selama ini telah ditunaikan,” ujar Mensos.
Dirinya menjelaskan, perjuangan saat ini tentu tidak lagi dalam bentuk perjuangan fisik berperang melawan penjajah. Melainkan perjuangan dengan ilmu, pengabdian dan empati. Perjuangan di era modern dengan semangat yang tetap sama, yaitu membela yang lemah, memperjuangkan keadilan, dan memastikan tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal dari arus kemajuan.
Terakhir, Mensos mengajak seluruh peserta apel untuk terus bersyukur dan berjanji untuk mengisi kemerdekaan agar tidak sia-sia. Terus melanjutkan perjuangan para pahlawan sesuai dengan profesi dan caranya masing-masing. Bekerja lebih keras, berpikir lebih jernih, dan melayani masyarakat dengan tulus.
“Sebagaimana para pahlawan telah memberikan segalanya untuk Indonesia, maka giliran kita menjaga agar api perjuangan itu tidak pernah padam. Dengan bekerja, bergerak, dan berdampak,” pungkasnya.
Apel Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025 di UIN Antasari berlangsung khidmat dan syahdu. Dihadiri ratusan pegawai, mulai dari jajaran pimpinan, para guru besar, dosen, dan tenaga kependidikan. Apel dimulai dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera dari para mahasiswa Pramuka.
(Jam/Fur/Ana)













