
Mahasiswa KKN MBKM UIN Antasari 2025 Dampingi Warga Masiraan Mengolah Daun Sapat Jadi Teh Herbal, Produk Bernilai Ekonomis
HULU SUNGAI TENGAH – Program Kuliah Kerja Nyata Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tahun 2025 yang dijalankan para mahasiswa Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, kembali memberi kontribusi positif bagi masyarakat Desa Masiraan. Kali ini, kegiatan difokuskan pada inovasi pengolahan daun sapat menjadi produk teh herbal.
Daun sapat, tanaman yang selama ini hanya dijual mentah oleh warga, kini “naik kelas” menjadi teh herbal yang wangi, menyehatkan, dan bernilai jual. Inovasi ini datang dari tangan kreatif seorang mahasiswa, yang menjalankan program kerja individu dari penelitian skripsi. Tujuannya sederhana tapi berarti, mengajak warga melihat potensi yang ada di sekitar, lalu mengubahnya menjadi peluang ekonomi.
Kegiatan ini berangkat dari potensi alam Desa Masiraan yang kaya akan tanaman daun sapat. Selama ini, daun tersebut hanya dimanfaatkan sebatas dijual dalam bentuk mentah dengan harga yang relatif rendah, padahal memiliki berbagai macam manfaat kesehatan. Melihat peluang tersebut, sang mahasiswa menginisiasi pelatihan pengolahan daun sapat menjadi teh herbal sebagai produk siap saji.
Pelatihan berlangsung di Posko KKN Desa Masiraan RT 04, Jumat (1/8/2025), yang diikuti beberapa ibu rumah tangga, hingga para remaja. Mereka sangat antusias mengikuti. Sambil bercengkerama, para peserta belajar langkah demi langkah mengolah daun sapat, mulai dari memilih daun terbaik, menjemur dengan teknik yang tepat, menggiling, mengemas dalam kemasan cantik yang siap dijual, serta strategi pemasaran baik secara langsung maupun media sosial secara sederhana.
“Dulu kami cuma menjual daun mentah, sekarang rasanya bangga sekali bisa bikin teh herbal sendiri dan itu dari daun sapat, rasanya enak dan kemasannya menarik. Apalagi kalau nanti laku dijual di luar desa,” kata Saniah, salah satu peserta pelatihan, sambil menunjukkan kemasan teh buatannya.
Rahmatun Hasanah, Mahasiswa KKN MBKM pelaksana program menjelaskan, kegiatan ini bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga ingin memberi dampak langsung kepada masyarakat.
“Kalau teh herbal daun sapat ini dikelola serius, saya yakin bisa jadi produk khas Desa Masiraan, dan bisa membantu meningkatkan pendapatan ekonomi mereka,” ujarnya.
Pelatihan diakhiri dengan pembagian hasil teh herbal buatan peserta. Wajah-wajah semringah merata di ruangan. Bukan hanya karena mereka membawa pulang teh wangi yang baru saja dibuat, tapi juga disertai harapan, bahwa potensi lokal dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.
Penulis: Rahmatul Hasanah
Fotografer: Tim KKN MBKM Desa Masiraan Hulu Sungai Tengah 2025
Penyunting: Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi




