
Mahasiswa KKN Internasional Terapkan Nilai-Nilai Peribahasa “Baiman, Bauntung, wan Batuah” di Kampung Ensebang Jaya Malaysia
SARAWAK – Kampung Ensebang Jaya di Bagian Serian Negara Bagian Sarawak, Malaysia, dihuni masyarakat mualaf. Untuk memperkuat pemahaman dan praktik keislaman, para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Internasional dari Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin membawa sebuah gagasan inovatif, penerapan nilai-nilai peribahasa Banjar “Baiman, Bauntung, wan Batuah“.
Memadukan kearifan lokal ini dengan teknologi dan budaya digital masa kini, gagasan tersebut diimplementasikan para mahasiswa, memberikan pencerahan dan penguatan kembali nilai-nilai keislaman serta semangat belajar dan ukhuwah di tengah masyarakat.
“Dalam konteks budaya Banjar, Kalimantan Selatan, dikenal peribahasa ‘Baiman, Bauntung, wan Batuah’, yang mengandung makna mendalam tentang keimanan, keberuntungan, dan berkah dalam persaudaraan,” jelas salah satu mahasiswa KKN, Selasa (29/7/2025).
Melihat kondisi masyarakat yang mayoritas mualaf, para mahasiswa berinisiatif mengadaptasi dan menerapkan nilai-nilai tersebut sebagai landasan program kegiatan KKN.
Baiman, dimaknai para mahasiswa ini sebagai “Belajar Islam dengan Nyaman,” yang ingin menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang tidak menyulitkan bagi pemeluknya.
“Kami berupaya menghadirkan pembelajaran agama yang mudah diakses dan menyenangkan bagi masyarakat Kampung Ensebang Jaya,” jelas mereka.
Adapun program-program yang dijalankan meliputi kajian taklim qur’an, mengajarkan membaca dan memahami Al-Qur’an dari dasar, disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta. Kedua adalah taklim fikih, memberikan pemahaman dasar mengenai hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti tata cara bersuci dan salat.
Berikutnya taklim akidah akhlak, memperkuat fondasi keimanan dan etika moral sesuai ajaran Islam. Dan keempat praktik wudu serta tata cara salat yang benar dengan tumakninah, memberikan pelatihan praktis agar masyarakat dapat melaksanakan ibadah dengan benar dan khusyuk.
“Pendekatan ini membantu menghilangkan stigma bahwa belajar agama itu sulit, sehingga masyarakat baik yang belia, muda, maupun tua, dapat kembali merajut kedekatan dengan ajaran Islam,” tegas salah satu mahasiswa.

Selanjutnya adalah konsep “Bauntung,” yang diartikan para mahasiswa ini sebagai “Belajar Untung, tak Ambil tak Untung,” diimplementasikan untuk anak-anak Kampung Ensebang Jaya dengan latar belakang beragam.
“Banyak di antara mereka yang tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi atau tidak bersekolah sama sekali,” jelas mahasiswa.
Mereka pun kemudian memberikan pencerahan melalui kegiatan belajar bersama di sore hari. Untuk memudahkan proses belajar, diluncurkanlah “Buku Bauntung,” sebuah buku ringkas pelajaran yang dirancang khusus agar mudah dipahami oleh anak-anak.
“Inisiatif ini bukan hanya memberikan pengetahuan akademis dasar, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keterampilan hidup, agar anak-anak merasakan ‘untung’ dari setiap pelajaran yang didapatkan,” papar salah satu mahasiswa.

Terakhir adalah kata “Batuah”, yang diartikan para mahasiswa ini sebagai “Belajar Ukhuwah Islamiah dengan Hikmah”. Menurut mereka, kata “Batuah” sarat akan makna berkah dan keberuntungan yang datang dari persaudaraan.
“Kami mengimplementasikan nilai ini melalui program HAKUN (Habar Kula’an), yang berarti ‘Kabar Saudara’,” jelas salah satu mahasiswa.
Kegiatan tersebut melibatkan kunjungan ke setiap rumah warga di Kampung Ensebang Jaya dan sekitarnya, menjalin silaturahmi, dan mendengarkan keluh kesah mereka. Selain itu, mahasiswa juga aktif membantu warga dalam kegiatan sehari-hari seperti berkebun.
Di sore hari, anak-anak dikumpulkan para mahasiswa untuk bermain bersama sambil mentadabur alam, mengajarkan untuk mensyukuri ciptaan Tuhan dan mempererat tali persahabatan.
“Pendekatan ini secara signifikan memperkuat rasa ukhuwah Islamiah dan kebersamaan di antara masyarakat,” tegas salah satu mahasiswa.
Mereka pun menekankan, bahwa penerapan nilai-nilai peribahasa Banjar ini telah menunjukkan hasil positif. Menurut para mahasiswa, melalui pendekatan yang humanis dan inovatif, disesuaikan dengan konteks lokal dan didukung oleh teknologi, nilai-nilai keislaman berhasil diperkuat, semangat belajar anak-anak tumbuh, dan ukhuwah antarwarga semakin erat.
“Program ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal dapat menjadi jembatan efektif untuk menyampaikan nilai-nilai universal, dan membawa perubahan positif di tengah masyarakat,” pungkas salah satu mahasiswa.
Penulis/Fotografer: Arief Maulana, Shoufiya Mulyani, Nadia Lutffiana Nur Afifah, dan Hairunnisa (Kelompok 3 Mahasiswa KKN Internasional Malaysia Tahun 2025)
Penyunting: Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi