
Jawab Krisis Minat Baca, UIN Antasari Ajak Mahasiswa Bangun Ekosistem Literasi
BANJARBARU – Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin kembali menggelar “Gerakan Cinta Buku ke-2 Tahun 2025”, yang kali ini diselenggarakan di Masjid Kampus 2, Banjarbaru, Kamis (2/10/2025). Mengusung tema “Membaca Buku Mengarungi Lautan Ilmu”, acara ini menghadirkan dua narasumber yang juga merupakan pendiri Kampung Buku Banjarmasin, Dr. H. Hajriansyah, M.Ag. dan Arif Rahman Hakim, M.A.
Kegiatan yang dihadiri sekira 100 peserta ini dibuka dengan sambutan dari Kepala Perpustakaan Dr. Saifuddin, M.Ag. Dalam kesempatannya, Dr. Saifuddin menekankan pentingnya aktivitas membaca sebagai kunci kesuksesan mahasiswa. Ia membagikan pengalaman pribadinya yang berhasil mengubah nasib berkat kegemaran membaca buku, meskipun hanya buku pinjaman.
“Dengan modal membaca buku pinjaman, ternyata mengubah nasib saya, mengubah masa depan saya, mengubah hidup saya,” kenang Dr. Saifuddin.
“Jadi adik-adik, untuk pintar, untuk cerdas tidak harus beli buku, tetapi rajin datang ke perpustakaan itu juga bisa,” tambahnya, memotivasi para mahasiswa.


Membangun Ekosistem, Bukan Sekadar Minat Baca
Narasumber pertama, Arif Rahman Hakim, M.A., yang juga dosen di Universitas Lambung Mangkurat, memaparkan materi bertajuk “Membangun Ekosistem Literasi”. Ia menyoroti sebuah paradoks di Indonesia, angka melek huruf yang sangat tinggi, namun minat baca yang sangat rendah. Menurut data yang ia temukan, dari 1.000 orang penduduk Indonesia, hanya satu yang memiliki minat baca.
Arif kemudian membedakan dua konsep kunci, yakni “minat baca” dan “daya baca”. Menurutnya, tantangan literasi saat ini bukan hanya soal menumbuhkan keinginan membaca, tetapi juga meningkatkan kemampuan dalam memahami isi bacaan secara mendalam.
“Persoalan kita sebenarnya bukan hanya persoalan orang punya minat baca buku, tapi persoalan daya baca itu sendiri,” jelas Arif.
“Kalau minat baca buku itu keinginan orang ingin baca buku, kalau daya baca adalah persoalan bagaimana orang memahami isi bacaan,” sambungnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Arif mengajak mahasiswa untuk bersama-sama membangun ekosistem literasi yang hidup. Langkah-langkahnya antara lain:
- Menumbuhkan kesadaran literasi. Untuk ini, individu harus sadar akan nilai dan manfaat dari kegiatan membaca;
- Memahami minat dan tujuan, yaitu dengan menemukan topik atau bidang yang disukai agar kegiatan membaca menjadi lebih terarah dan menyenangkan, dan
- Berkomunitas, artinya terlibat dalam komunitas atau kelompok diskusi untuk saling memberi semangat dan menjaga motivasi.
Menyelami Lautan Ilmu Melalui Buku
Sementara itu, narasumber kedua, Dr. H. Hajriansyah, M.Ag., mengibaratkan ilmu pengetahuan sebagai lautan yang luas dan dalam. Menurutnya, membaca buku adalah salah satu cara untuk menjelajahi lautan ilmu tersebut dan merasakan berbagai pengalaman serta pengetahuan orang lain.
Hajriansyah, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin menyatakan, kebiasaan membaca dapat menumbuhkan sikap kritis. Sikap ini menjadi bekal penting, terutama di era digital yang dibanjiri berbagai informasi.
“Tantangan dunia literasi saat ini adalah akses pada informasi yang benar, baik, dan berguna, karena tsunami informasi yang menenggelamkan,” ujarnya.
“Karenanya sikap kritis harus terus diajukan, dan membaca harus menjadi kebiasaan yang lumrah tanpa tekanan,” sambung Hajri.

Ia menambahkan, dengan membaca secara tekun dan luas, seseorang dapat memiliki pemahaman yang utuh dan tidak mudah terombang-ambing oleh keraguan akibat kurangnya pengetahuan.
Kegiatan ini telah digalakkan pihak perpustakaan setiap tahunnya, yang juga telah dilaksanakan di kampus 1 Banjarmasin.
(Fur/Ana)
