
Gagas “Zona Dakwah Kultural” di Makam Syekh Arsyad Al-Banjari, Jamal Syarif Raih Juara 1 LKTI
BANJAR – Jamal Syarif, M.Ag.,dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin, dinobatkan sebagai juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banjar. Penghargaan tersebut, diterima Jamal di RTH Martapura setelah apel bulanan pemerintah Kabupaten Banjar pada Senin (3/11/2025).
Lomba yang mengusung tema “Inovasi untuk Pembangunan Daerah di Kabupaten Banjar” ini menjadi ajang kompetitif bagi para akademisi dan peneliti untuk menghadirkan gagasan solutif yang mampu menjawab tantangan sosial di tingkat lokal. Dalam ajang tersebut, Jamal menyuguhkan karyanya yang berjudul “Revitalisasi Kawasan Makam Syekh Arsyad Al-Banjari sebagai Zona Dakwah Kultural: Inovasi Edukasi Religi untuk Penanganan Fenomena Sosial Peminta-Minta di Kawasan Ziarah.”
Karya ilmiahnya ini lahir dari keprihatinan terhadap fenomena sosial di kawasan religius Makam Syekh Arsyad al-Banjari, tempat yang dikenal sebagai pusat spiritual dan kebanggaan masyarakat Banjar. Dalam pengamatannya, aktivitas peminta-minta yang marak di sekitar makam tidak hanya mengganggu kenyamanan peziarah, tetapi juga menurunkan citra religius kawasan yang semestinya menjadi ruang pembinaan spiritual dan moral.
Melalui pendekatan berbasis dakwah kulturaldanedukasi religius, Jamal menawarkan solusi inovatif yang menekankan pada nilai-nilai Islam yang santun, adaptif terhadap budaya lokal, dan berpihak pada pemberdayaan masyarakat. Dirinya menawarkan usul, agar menempatkan kawasan makam bukan semata sebagai objek wisata ziarah, melainkan sebagai ruang dakwah hidup (living dakwah space) yang berfungsi mendidik dan memberdayakan.
Beberapa program yang ditawarkan antara lain pembentukan zona edukatif visual berupa mural dan infografis yang mengajarkan nilai kerja keras dan etika bersedekah; program pelatihan “Pelayan Ziarah Berakhlak” bagi warga sekitar, termasuk eks-peminta-minta; kotak sedekah terpadu yang dikelola secara transparan untuk pemberdayaan sosial; serta pembentukan Forum Koordinasi Kawasan Religius yang melibatkan pemerintah daerah, tokoh agama, dan lembaga zakat. Pendekatan ini bersifat non-digital dan menekankan nilai kemanusiaan, spiritualitas, serta kemandirian masyarakat Banjar.
Kontribusi karya ini terhadap pembangunan daerah sangat signifikan. Dari sisi sosial, inovasi tersebut berupaya mengubah paradigma sedekah dari belas kasihan menuju pemberdayaan, menciptakan ekosistem sosial yang lebih produktif dan bermartabat.
Dari aspek budaya dan religius, karya ini memperkuat identitas masyarakat Banjar yang religius dan beradab melalui internalisasi nilai-nilai Islam yang bersumber dari keteladanan Syekh Arsyad al-Banjari. Sementara dari aspek ekonomi, gagasan ini membuka peluang bagi pengembangan ekonomi mikro berbasis wisata religi dan keterlibatan komunitas lokal. Sementara secara kelembagaan, gagasan tersebut dapat menjadi pijakan bagi Bappedalitbang Kabupaten Banjar dalam merumuskan kebijakan sosial-keagamaan yang sinergis antara aspek spiritual dan pembangunan masyarakat.
Sebagai rekomendasi kebijakan, Jamal mengusulkan agar pemerintah daerah menyusun peraturan daerah tentang penataan kawasan religi berbasis nilai dakwah dan kearifan lokal, mengembangkan program pemberdayaan eks-peminta-mintamelalui kemitraan dengan pesantren dan lembaga zakat, serta membangun infrastruktur edukatif non-digital yang dapat menumbuhkan kesadaran religius dan sosial bagi para peziarah.
Dirinya juga menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga, seperti Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, dan lembaga keagamaan, untuk mewujudkan konsep zona dakwah kultural sebagai strategi pembangunan yang berakar pada nilai-nilai Islam.
Sebagai juara 1 LKTI, Jamal mendapatkan sertifikat, plakat, dan uang pembinaan, serta akan direkomendasikan untuk ikut LKTI Tingkat Provinsi tahun 2026.
“Kemenangan ini bukan sekadar pencapaian individu, tetapi juga bukti bahwa inovasi pembangunan tidak selalu harus berwujud digital atau teknologi tinggi. Inovasi yang berangkat dari nilai, budaya, dan spiritualitas lokal mampu menjadi fondasi kuat bagi pembangunan yang berkelanjutan,” aku Jamal Syarif.
“Dakwah kultural yang diwariskan Syekh Arsyad al-Banjari bukan sekadar teks kitab, tetapi praktik hidup yang membangun martabat manusia,” tambahnya.
Dengan prestasi ini, karya Jamal Syarif diharapkan dapat menjadi model nasional bagi pengelolaan kawasan wisata religi yang edukatif, beradab, dan memberdayakan, sekaligus inspirasi bagi daerah lain untuk menumbuhkan inovasi pembangunan berbasis kearifan lokal dan nilai-nilai keislaman.
Kontributor: Jamal Syarif, M.Ag.
Penyunting: Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi


