
Divisi Pondok Pesantren FTK Gelar Seminar Santri Digital: Dakwah Kreatif di Tengah Arus Teknologi
MARTAPURA – Panitia Divisi Pondok Pesantren Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin bersama anggota Komisi VIII DPR RI menggelar Seminar Literasi Digital dan Dakwah Pondok Pesantren. Kegiatan berlangsung di Pondok Pesantren Ushuluddin Martapura, Rabu (8/10/2025), usai Salat Zuhur berjamaah.
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr. H. Hasni Noor, M.Ag menyampaikan bahwa kegiatan ini untuk membantu pesantren mengenal perkembangan teknologi informasi.
“Kegiatan Literasi Digital dalam Dakwah Pesantren juga memberikan wawasan kepada para santri untuk bisa dan mampu berdakwah melalui media digital,” ujar Dr. Hasni.
Pengasuh Pondok Pesantren Ushuluddin Martapura, Guru Juhran pun menyambut baik kegiatan ini. Ulama tersebut menyampaikan terima kasih kepada UIN Antasari Banjarmasin dan Anggota Komisi VIII DPR RI Sandi Fitrian Noor, S.T, M.M yang peduli dengan fenomena digital yang ada di pesantren.
“Pesantren akan tetap dengan nilai santri dan mengikuti perkembangan digital. Mempelajari digital tetap (dilakukan) dengan nilai etika dan keislaman,” terang Guru Juhran.
Sementara itu, Sandi Fitrian Noor, S.T, M.M menyampaikan bahwa “Santri Digital” sebagai bagian dari generasi muda pesantren yang aktif menyebarkan nilai-nilai Islam melalui platform daring.
“Literasi Digital dalam dakwah menjadi momentum penting dalam membekali santri dengan keterampilan literasi digital. Berlatih untuk membuat konten dakwah positif melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube,” papar Sandi.

Muhammad Bulkini, S.Pd sebagai narasumber menyampaikan bahwa dunia dakwah harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar pesan keislaman tetap tersampaikan secara luas.
“Generasi muda lebih sering mendapatkan informasi lewat media digital. Maka, santri perlu hadir di sana membawa dakwah yang menyejukkan dan mencerahkan,” papar Bulkini.
Dirinya juga menekankan pentingnya etika bermedia sosial, seperti menghindari ujaran kebencian, hoaks, dan konten provokatif. Santri didorong untuk menjadi contoh dalam penggunaan media secara bijak dan produktif.
Para santri sebagai peserta antusias mengikuti kegiatan dan mengaku termotivasi untuk mengembangkan kanal YouTube dakwah sederhana miliknya.
“Dulu saya hanya menulis ceramah di buku catatan. Sekarang saya bisa rekam dan bagikan di media sosial, supaya lebih banyak orang bisa belajar,” aku salah satu santri.

Melalui program literasi digital seperti ini, diharapkan pesantren mampu mencetak dai-dai muda yang cakap teknologi, kreatif, dan berakhlak mulia. Dakwah pun tidak lagi terbatas di masjid atau majelis taklim, tetapi dapat menjangkau jutaan pengguna internet di seluruh dunia. Dakwah digital bukan menggantikan dakwah klasik, tapi memperluas jangkauannya.
Kontributor: Divisi Pondok Pesantren FTK
Penyunting: Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi