
Dari Teman Satu Kos di Ciputat hingga Sama-Sama Jadi Rektor: Prof. Mujiburrahman Isi Kuliah Umum di UIN Palopo
PALOPO – Bertempat di Auditorium Phinisi Universitas Islam Negeri UIN Palopo, Sulawesi Selatan, Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., mendapat kehormatan menyampaikan kuliah umum di hadapan para dosen dan mahasiswa pascasarjana. Topik yang diangkat adalah “Tantangan dan Peluang Kajian Islam pada Era Digital”.
Hadir membuka acara adalah Rektor UIN Palopo Dr. Abbas Langaji, M.Ag. Dalam sambutannya, dirinya mengenang bahwa selagi muda, ketika masih kuliah, pernah satu kos dengan Prof. Mujiburrahman di Ciputat, Jakarta, dan tak menyangka kelak sama-sama menjadi rektor.
Dirinya juga mengatakan, bahwa Prof. Mujib adalah salah satu di antara sedikit Rektor yang masih produktif menulis.
“Saya berharap para peserta menyimak kuliah umum yang disampaikan dengan sungguh-sungguh,” pesannya, Jumat (12/9/2025).
Dalam pemaparannya, Prof. Mujib mula-mula menekankan pembedaan yang penting antara “mengaji” dan “mengkaji” agama. Mengaji agama adalah mempelajari agama untuk dipahami dan diamalkan, sedangkan mengkaji agama adalah mempelajari agama secara ilmiah. Keduanya berbeda, tetapi tidak bertentangan.
“Di perguruan tinggi, kita mengkaji agama secara ilmiah, yakni dengan pendekatan rasional dan empiris. Tujuannya agar kita bisa memahami dan menjelaskan objek yang dikaji. Yang dikaji itu secara garis besar ada dua, yaitu pemikiran dan realitas sosial,” ungkap alumnus Pesantren Al-Falah Banjarbaru tersebut.
Menurutnya, mengkaji agama di era digital juga mengkaji pemikiran dan kenyataan sosial. Bedanya, sumber-sumber yang digunakan bisa mencakup bahan-bahan digital, seperti artikel, buku, berita, manuskrip, foto, dan video yang sudah dalam bentuk digital.
“Ada kekurangan dan kelebihannya. Kita tentu bisa menggabungkan bahan digital dan cetak, tatap muka dan virtual, agar saling melengkapi,” jelas Prof. Mujiburrahman.
Dirinya juga menekankan berbagai isu negatif perihal budaya digital yang patut diteliti, seperti pengkerutan otak akibat penggunaan media sosial, lunturnya empati, sendiri bersama-sama, matinya kepakaran, kuasa kuantitas atas kualitas, dan lain-lain.
“Apakah dalam kenyataan empiris, semua akibat buruk ini terjadi atau sebenarnya ada sisi baik dan positifnya? Ini perlu kita lakukan penelitian,” dorong lulusan S-3 Universiteit Utrecht, Belanda tersebut.
Dalam sesi tanya-jawab, seorang peserta meminta tanggapan Prof. Mujib perihal kecenderungan orang sekarang, yang mengabaikan tokoh ulama otoritatif akibat media sosial. Prof. Mujib menjawab, bahwa sebaiknya hal itu dilawan dengan membangun kepercayaan publik akan kepakaran seseorang.
“Kampus sangat berperan penting dalam menunjukkan bahwa para dosennya adalah benar-benar ahli di bidangnnya, dan memiliki kejujuran ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu, kampus perlu aktif membuat konten-konten yang bermanfaat,” ajak Rektor UIN Antasari.
Hadir pula dalam kegiatan ini Direktur Pascasarjana UIN Palopo Prof. Dr. Muhaemin, M.A., dan Ketua Dewan Guru Besar Prof. Dr. Abdul Pirol, M.Ag.
Setelah kuliah umum, Rektor UIN Palopo juga menjadwalkan Prof. Mujib untuk mengisi diskusi terbatas dengan para dosen, yang disebutnya sebagai “sharing session” terkait penelitian.
(Catatan Perjalanan Rektor)
