
APCoMS ke-7, Rektor UIN Antasari: Krisis Halal, Ekstremisme, dan Lingkungan, Berakar pada Dekadensi Moral
BANJARMASIN – Pascasarjana Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin menggelar Annual Postgraduate Conference on Muslim Society (APCoMS) ke-7. Acara yang dihelat di Auditorium Mastur Jahri Kampus 1 dan secara hibrida melalui Zoom Meeting, Kamis (6/11/2025) ini, mengusung tema “Enhancing Muslim’ Global Role through Halal Movements, Religious Moderation, and Environmental Stewardship”.
Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. dalam pidato kuncinya menyoroti, bahwa tiga isu besar yang diangkat dalam tema tersebut pada dasarnya bermuara pada satu masalah inti.
“Ketika saya melihat tema konferensi hari ini, saya pikir temanya sangat luas,” ujarnya.
“Tapi ketika saya memikirkan semuanya sebagai masalah, sebenarnya masalah-masalah ini dapat disatukan menjadi satu isu sebenarnya. Ini adalah isu etika atau moralitas,” sambung Rektor.
Prof. Mujib menegaskan, manusia adalah makhluk moral yang memiliki kebebasan untuk memilih antara baik dan buruk atau adil dan tidak adil.
“Tanpa moral, kita lebih buruk daripada hewan,” tegasnya.
Meluaskan Makna Halal dan Moderasi
Rektor mengkritik pemahaman “halal” yang sering kali terbatas hanya pada makanan dan minuman. Menurutnya, substansi halal juga menyangkut cara memperoleh sesuatu, termasuk pendapatan.
“Saya pikir masalah utama masyarakat kita saat ini adalah karena kita tidak peduli dengan metode atau cara kita mendapatkan uang,” jelasnya.
“Kita tidak peduli apakah itu halal atau haram uang yang kita dapatkan. Oleh itu, korupsi ada di mana-mana,” sambung Prof. Mujib.
Terkait moderasi beragama, dirinya menjelaskan, bahwa moderasi adalah jalan tengah yang menentang segala bentuk ekstremisme. Rektor mengaitkan munculnya ekstremisme dengan ketidakadilan sosial yang ekstrem.
“Seperti di Indonesia, kita memiliki 1% orang yang sangat kaya yang mengontrol hampir 50% sumber daya kita,” contohnya.
“Jadi perbedaan antara kaya dan miskin sangat ekstrem. Dalam situasi ini, respons masyarakat kepada keadilan juga bisa menjadi ekstrem,” tambah Prof. Mujib.
Keserakahan Manusia di Balik Krisis Lingkungan
Isu ketiga, lingkungan, disebut Rektor sebagai “topik yang seksi saat ini.” Dirinya menyoroti berbagai bencana alam seperti tanah longsor yang terjadi akibat ulah manusia yang merusak alam.
“Kenapa ini terjadi? Tentu saja adalah akibat ulah orang yang memalukan, tamak, dan serakah,” katanya.
“Kita memiliki tanah, kita menghancurkan tanah untuk uang. Kita mengeksploitasi tanah, semuanya kita lakukan hanya untuk memiliki lebih banyak uang, untuk mengumpulkan kapital,” jelas Prof. Mujib.
Rektor kemudian secara resmi membuka acara, dengan harapan konferensi ini dapat mengembalikan fokus perbaikan pada esensi kemanusiaan.
“Oleh karena itu, saya berharap dengan hal-hal besar dari pembicaraan kita hari ini, pada akhirnya, kita juga bisa kembali menyadari tujuan keberadaan kita, yaitu tanggung jawab moral kita sebagai manusia di dunia,” tutup Rektor.
Akomodasi Akademik Peneliti
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Dr. Mujiburohman, M.A. dalam laporannya menyampaikan, konferensi ini terus berkomitmen untuk mengakomodasi karya akademik para peneliti dan mahasiswa.
Dirinya melaporkan ada peningkatan jumlah partisipan dari tahun ke tahun.
“Pada awal APCoMS hanya sekitar 40, hingga 60, kemudian meningkat lebih besar hingga 90, dan tahun ini jumlah peneliti di paralel mencapai 108 orang,” rinci Mujiburohman.

Konferensi ini turut menghadirkan sejumlah pembicara dari dalam dan luar negeri, di antaranya Prof. Madya. Dr. Wan Mohd. Yusof bin Wan Chik (Universiti Sultan Zainal Abidin Malaysia), Prof. Dr. Khalid Ibrahim Al-Namlah (Bajdah Educational Saudi Arabia), Assoc. Prof. Dr. Nur Farhah Binti Mahadi (International Islamic University Malaysia), Dr. Zulkifli, M.Ag. (UIN Sultan Syarif Kasim Riau), Imam Wahyudi Indrawan, M.Ec. (Bank Indonesia), dan Dr. Zaki Mubarak, M.Si., M.Fin. (UIN Antasari Banjarmasin).
(Fur/Ana)




