Lika-Liku Pengalaman 10 Dosen UIN Antasari Mengikuti Workshop 5D Thinking Essentials di Istanbul İlim ve Kültür Vakfı, Turki
ISTANBUL – Menjelang pukul 8 pagi waktu Istanbul, 10 dosen Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin sudah bersiap dalam ruangan. Sampai sore hari mereka mengaktifkan laptop, membuka lembaran buku catatan, membaca kumpulan materi, mengarahkan diri pada layar, dan berkonsentrasi penuh menyimak paparan instruktur.
Setiap arahan diikuti satu per satu. Sesekali diselingi dengan kegiatan kerja kelompok bersama rekan dari Ethiopia (Zahra Miftah), Dubai (Aya Shiha), India (Mariam Shakeel), dan Inggris (Anas). Dibarengi dengan tugas dan kuis, kegiatan ini berlangsung hingga menjelang pukul 6 atau 7 malam. Selalu begitu setiap hari sejak 21–26 Desember 2025.
Sepuluh dosen tersebut adalah Wardatun Nadhiroh, S.Th.I., M.Hum., Riza Saputra, M.A., Noor Hasanah, M.A., dan Mahdia Fadhila, M.Psi. dari Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. Dr. Dina Hermina, M.Pd., Jamal Syarif, M.Ag., serta Hidayah Nor, M.Pd. dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Kemudian Dr. Mujiburohman, S.Ag., M.A. dari Fakultas Syariah, Dr. Taufik Hidayat, S.Psi., Psikolog, M.Kes. dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Muhammad Noval, S.E.I., S.E., M.Si., dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Mereka duduk menempati kursi sesuai dengan nama yang tertera di atas mejanya.
Kegiatan yang mereka ikuti ini bernama Workshop 5D Thinking Essentials Level 1, oleh Istanbul İlim ve Kültür Vakfı atau Istanbul Foundation for Science and Culture (IFSC), Turki. Secara bergantian, Dr. Necati Aydin, Dr. Uzma Ahmed, Dr. Tuğba Türkoğlu, Dr. Shazad Karim, dan Ms. Betül Köser, memotori acara. Mereka menjelaskan materi dengan detail.
Konsep 5D Thinking dianggap menjadi salah satu solusi untuk merekonstruksi kurikulum dan buku teks ajar agar memiliki integrasi atau konektivitas (penghayatan) kepada Allah Swt.. Dengannya, para pembelajar menghayati semua ilmu yang dipelajari, sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah selaku Sang Pencipta yang Maha Segalanya.
“Kita tidak perlu memisahkan antara nilai-nilai religius dengan ilmu pengetahuan, sebab Allah yang menjadi sumber semuanya. Kita tidak bisa apa pun dan tidak mampu, kecuali atas kehendak dan kuasa Allah. Oleh karenanya, semua harus dikoneksikan dengan-Nya,” jelas Dr. Necati.
“Ini tentang bagaimana cara menghubungkan kembali kita dengan Tuhan sebagai pencipta,” tekan Dr. Uzma.
Kegiatan di hari ini diakhiri dengan kunjungan ke Makam Sultan Sulaiman Al-Qanuni dan Salat Magrib berjamaah di Masjid Sulaymaniye (22/12/2025)

Sebelumnya, pada malam hari dilakukan sesi perkenalan instruktur dan semua peserta. Selain itu juga pengenalan terkait dengan materi lokakarya (21/12).
Di hari ketiga (23/12), selain belajar di kelas, kuis, dan tugas, para peserta dipandu untuk mengunjungi Museum of The History of Science and Technology in Islam.
Tak henti kata masyaallah dan subhanallah terlontar sebagai zikir oleh para dosen, menyiratkan kekaguman atas prestasi gemilang yang berhasil dicapai oleh para ilmuwan terdahulu. Lewat inspirasi dan motivasi, mereka menciptakan ratusan alat canggih yang terpajang, ini adalah dalam rangka memudahkan muslim beribadah dan menjadi solusi terhadap permasalahan hidup kala itu. Ada kompas, alat pengukur bumi, alat pengukur suhu, perlengkapan pisau bedah, globe, rangka observatorium di wilayah-wilayah Islam, dan masih banyak lagi.
“Tempat ini sangat bagus untuk dikunjungi oleh dosen-dosen prodi-prodi tadris kampus kita,” gumam Noor Hasanah.
“Betul. Mereka bisa belajar langsung dan melihat semua maha karya ini,” timpal Mahdia.
“Ilmuwan zaman dahulu banyak mencipta, saat ini apa yang sudah kita ciptakan?” ungkap Riza Saputra memotivasi.

Di hari keempat, lebih sibuk dari biasanya. Materi di kelas sangat padat, ditambah dengan batas waktu beberapa tugas yang ketat. Sore hari, sementara rekan lainnya mengerjakan tugas, Dr. Necati dan Dr. Uzma meminta temu diskusi dan berbagi secara khusus kepada dosen-dosen studi keislaman, yaitu Riza Saputra, Noor Hasanah, dan Wardatun Nadhiroh.

Pada malam harinya, Hasby Sen, perwakilan IFSC di Indonesia, mengajak untuk mengadakan pertemuan yang dibersamai oleh perwakilan Hamidiye Kültür Ve Eğitim Vakfı atau Hamidiye Foundation, yayasan yang banyak bergerak dalam pembinaan karakter dan spiritualitas para mahasiswa asing di Turki dan pelajar atau mahasiswa Turki di Luar Negeri, termasuk di Indonesia. Selain itu, turut hadir dalam pertemuan ini Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si., dosen UIN Jember yang sedang melakukan penelitian terkait Said Nursi di Turki.

Berikutnya di hari kelima, materi di kelas semakin padat. Seluruh peserta tampak meningkatkan fokusnya dan asyik dalam mengerjakan tugas. Mengingat sudah menjelang akhir dari kegiatan. Terlebih, esok hari terjadwal presentasi kelompok terkait dengan tema-tema unik yang dikaitkan dengan 5D Thinking Essentials. Satu keceriaan yang mewarnai ketegangan adalah ketika sesi kuis dengan Kahoot, Wardatun Nadhiroh menempati urutan 1, Aya Shiha di urutan 2, dan Jamal Syarif menduduki juara 3.
Hari keenam menjadi penentu atau babak akhir dalam rangkaian kegiatan, ada presentasi dan ujian final. Pagi hingga siang, dalam sesi presentasi, satu per satu peserta tanpa kecuali mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompoknya. Dr. Necati Aydin pun memberikan ulasan atas konten dari presentasi. Sesekali dirinya memberikan apresiasi dan kritik yang membuka wawasan peserta.
Berlanjut di siang hari hingga sore, tepat pukul 3 siang, ujian final dilangsungkan. Dalam masa 2 jam, peserta berkonsentrasi penuh menjawab semua soal yang memuat pilihan ganda dan esai (singkat dan panjang). Dengan jumlah soal yang sangat banyak, semua sepakat bahwa ujian ini cukup menguras energi dan pikiran. Namun, dengan semangat dan komitmen, sesi ini terlewati dengan baik.
Pukul 6 sore, merupakan sesi penutupan berikut pengumuman kelulusan. Mantap! 10 dosen yang mengikuti lokakarya dinyatakan berhasil dan berhak mendapatkan sertifikat kelulusan. Pada acara penutupan, diisi sambutan oleh Prof. Alparslan, Dr. Unal, Dr. Necati Aydin, dan Dr. Uzma. Sebagai perwakilan peserta yang menyampaikan kesan dan pesan, ditunjuk Aya Shiha dan Riza Saputra.

Sejak pagi hingga pukul 8 malam kegiatan berlangsung padat, dimulai presentasi, ujian, dan penutupan. Meski demikian, para dosen tetap menyempatkan untuk mewujudkan janji temu dengan para mahasiswa Indonesia di Turki, dalam rangka diskusi dan berbagi terkait bidang keilmuan masing-masing.
Berlokasi di salah satu restoran Indonesia di Taksim Square, pertemuan pun dilakukan. Laksana kerabat yang lama tak berjumpa, perbincangan berlangsung hangat dan senda gurau dilakukan tanpa sungkan, hingga hampir tengah malam.

Rangkaian kegiatan di Turki ini sungguh memiliki kesan yang mendalam bagi para dosen. Selain meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris, semuanya telah mendapat tambahan wawasan keilmuan, beradaptasi dengan musim dingin yang menusuk hingga ke tulang, menikmati rasa makanan yang sangat berbeda dengan cita rasa Indonesia, meresapi keheningan di masjid-masjid, napak tilas sejarah Islam, merenungi ketertinggalan muslim, dan memaklumi perbedaan kultur di setiap negara. Semua menunjukkan hikmah besar yang perlu direnungi dan disyukuri.
Satu hal lain yang juga memberikan kesan melebihi ekspektasi, adalah diberikannya hadiah berupa buku tentang Masjid Sulaymaniye untuk UIN Antasari oleh pengelola mesjid, saat para dosen melakukan kunjungan mandiri ke masjid tersebut, sehari setelah ketibaan mereka di Istanbul (18/12).

Penulis/Kontributor: Noor Hasanah, MA.
Fotografer: Tim Dosen UIN Antasari Peserta Workshop 5D Thinking Essentials



