
UIN Antasari Resmi Buka Prodi S-1 Tasawuf dan Psikoterapi, Tawarkan Solusi Kesehatan Mental Berbasis Spiritual
BANJARMASIN – Universitas Islam Negeri Antasari kembali memperluas peran akademisnya di tengah masyarakat dengan resmi membuka program studi baru, yakni S-1 Tasawuf dan Psikoterapi. Izin pendirian ini dikantongi setelah terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia Nomor 1410 Tahun 2025 tertanggal 11 September.
Prodi yang bernaung di bawah Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUH) ini, hadir sebagai respons strategis kampus terhadap meningkatnya kebutuhan penanganan kesehatan mental di masyarakat, yang didekati melalui integrasi ilmu psikologi modern dan spiritualitas Islam.
Dekan Dr. Dzikri Nirwana, M.Ag. menyampaikan rasa syukurnya atas terbitnya izin operasional tersebut, setelah proses pengajuan yang dimulai sejak Oktober 2024.
“Ini tentunya adalah sesuatu yang sangat menggembirakan bagi kami,” ujar Dekan kepada Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi, Kamis (20/11).
Solusi Kejiwaan Berbasis Spiritual
Dr. Dzikri menjelaskan bahwa kehadiran prodi ini sangat relevan dengan kondisi zaman. Menurutnya, prodi ini menawarkan kajian masalah kejiwaan dari sudut pandang Islam.
“Ini tentunya memberikan ruang bagi agama untuk menjadi problem solving terhadap masalah-masalah kejiwaan, yang dalam hal ini terkait dengan ilmu Tasawuf,” jelasnya.
Berbeda dengan Prodi Psikologi Islam atau Aqidah Filsafat Islam yang sudah ada, Tasawuf dan Psikoterapi tegas Dekan memiliki distingsi yang kuat. Prodi ini menggabungkan aspek klinis (psikoterapi) dengan aspek moralitas dan adab (tasawuf), menciptakan pendekatan penyembuhan yang holistik.
Keunikan: Integrasi Ilmu dan Kearifan Lokal Banjar
Dr. Dzikri menjelaskan, keunggulan utama prodi ini terletak pada kurikulumnya yang dibangun di atas filosofi keilmuan UIN Antasari, yaitu integrasi ilmu-ilmu keislaman dan modern, integrasi Islam dan kebangsaan, serta wawasan global yang tetap berbasis lokal.
Salah satu keunikan yang ditonjolkan adalah muatan kearifan lokal. Nantinya, mahasiswa tidak hanya akan mempelajari teori psikoterapi barat atau tasawuf klasik, tetapi juga mata kuliah khas seperti Psikoterapi Budaya Banjar, Islam dan Budaya Banjar, hingga Pengobatan Paliatif dan Thibbun Nabawi.
“Dalam hal pengembangan keilmuan, Prodi Tasawuf dan Psikoterapi melakukan pengembangan yang terintegrasi. Mata kuliah seperti Sufi Healing dan Inovasi Psikoterapi Sufistik, menjadi penciri yang membedakannya dengan prodi sejenis di perguruan tinggi lain,” tambah Dekan.
Prospek Alumni dan Animo Masyarakat
Berdasarkan survei animo yang dilakukan tim pendirian prodi pada Oktober 2024, respons masyarakat terbilang tinggi. Dari survei terhadap calon mahasiswa dan pemangku kepentingan, mayoritas responden menyatakan ketertarikannya dan menilai pembukaan prodi ini sangat penting di era sekarang.
Dr. Dzikri juga menekankan, bahwa lulusan S-1 Tasawuf dan Psikoterapi memiliki jalur keilmuan yang linier di UIN Antasari.
“Di UIN Antasari Banjarmasin kita sudah ada program pascasarjana S-2 Ilmu Tasawuf. Jadi ini sangat linier. Alumni dari Tasawuf dan Psikoterapi ini bisa melanjutkan studinya ke jenjang S-2 di Prodi Ilmu Tasawuf, sehingga keilmuan yang dimiliki betul-betul optimal,” ungkap Dekan.
Dengan dibukanya prodi ini, pihaknya berharap dapat mencetak sarjana muslin yang memiliki kompetensi sebagai praktisi penyembuhan mental yang tidak hanya ahli secara klinis, tetapi juga mampu membimbing masyarakat menuju kesehatan spiritual yang paripurna.
(Fur/Ana)



