
Momen Haru Kenang Abah Guru Sekumpul Warnai Halaqah Pesantren di UIN Antasari
BANJARMASIN – Suasana di Auditorium Mastur Jahri Kampus 1 UIN Antasari mendadak hening pada Jumat (14/11/2025) pagi. H. Aziz Syafiuddin, S.Sos., M.Si., perwakilan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI tampak terdiam sejenak di podium.
Suaranya bergetar dan ia terlihat menahan tangis. Momen emosional itu muncul tepat ketika ia hendak menutup sambutannya dengan mengajak hadirin mengirimkan Al-Fatihah. Getar suaranya memuncak saat ia menyebut nama almarhum ulama kharismatik Kalimantan Selatan, Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, atau Abah Guru Sekumpul.
“Wabil khusus untuk Abah Tuan Guru Sekumpul,” ucap H. Aziz dengan nada tertahan, sebelum memimpin audiens yang terdiri dari guru, pendiri pesantren serta santri, membacakan Surah Al-Fatihah.
Momen khidmat tersebut menjadi bagian dari acara “Halaqah Pesantren: Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren”. Acara yang mengangkat tema “Penguatan Pesantren: Sinergi Pemerintah dan Pesantren” ini diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia yang bekerja sama dengan UIN Antasari Banjarmasin.
Kado Direktorat Jenderal Baru untuk Pesantren
Dalam sambutannya, H. Aziz Syafiuddin, yang menjabat Kepala Subdirektorat Pendidikan Al-Quran, menyampaikan kabar gembira bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui pembentukan direktorat jenderal baru yang khusus menangani pesantren.
“InsyaAllah tidak akan lama lagi setelah konsep draf keputusan presiden jadi, beliau akan menandatangani. Sehingga diharapkan tahun depan Kementerian Agama bertambah satu direktorat jenderal, yaitu Ditjen Pesantren,” ujarnya.
H. Aziz menjelaskan, halaqah ini adalah satu dari 14 lokasi di Indonesia yang bertujuan menyerap aspirasi langsung dari komunitas pesantren. Masukan tersebut akan menjadi bahan pengambilan keputusan untuk perbaikan pesantren ke depan.
Dirinya menyoroti tantangan besar dalam mengelola lebih dari 42.400 pesantren di Indonesia, jumlah yang menurutnya meningkat hampir 100% dalam lima tahun terakhir.
“Mengelola sebuah pesantren tidak hanya bisa ilmu agama saja, tidak hanya bisa ilmu manajemen saja, tetapi harus dipadukan,” tegasnya saat menyebutkan fenomena pendirian pesantren yang tidak dibarengi dengan kemampuan manajerial yang mumpuni.
“Selain itu juga butuh yang namanya olah batin khusus, mendekatkan diri kepada Allah Swt,” sambung H. Aziz.
Rektor: Pesantren Adalah Benteng Moral Bangsa
Acara ini dibuka resmi Rektor Prof. Dr. Hj. Nida Mufidah, M.Pd. Dirinya menyambut baik inisiatif Kemenag, dan menyebut UIN Antasari bangga menjadi salah satu dari 14 titik lokasi halaqah.
Menurut Rektor, pendirian Ditjen Pesantren bukanlah sekadar penambahan struktur birokrasi, melainkan sebuah langkah strategis.
“Ini merupakan wujud nyata bagaimana komitmen negara dalam mengakui, melindungi, serta memberdayakan pondok pesantren,” tegas Prof. Nida dalam sambutannya.

Dirinya juga menyebut pondok pesantren sebagai “benteng moral bangsa” yang melahirkan generasi berakhlakul karimah. Prof. Nida menceritakan kedekatan pribadinya dengan dunia pesantren, saat menggarap tesis S-2 dan disertasi S-3nya berfokus pada strategi pembelajaran di pondok pesantren.
“Saya sangat bangga dengan pondok pesantren. Ke depan kita memang harus mengkolaborasikan bagaimana pondok pesantren ini akan lebih maju,” ungkap Rektor.
Halaqah ini menghadirkan narasumber utama, yakni Pimpinan Madrasah Darussalam Tahfidz dan Ilmu Al-Qur’an Martapura K.H. Muhammad Wildan Salman. Yang kedua adalah Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., alumnus Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru.

Acara ini diikuti berbagai pimpinan pondok pesantren, akademisi, dan para santri dari beragam wilayah di Kalimantan Selatan.
(Fur/Ana)













