
Sinergi Komisi VIII DPR RI, Kemenag, dan UIN Antasari untuk Kemajuan Pendidikan Islam di Kalsel
BANJARMASIN – Tidak mengenal libur, Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, bekerja sama dengan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Antasari, Ahad (28/9/2025), melaksanakan Seminar Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Hotel TreePark.
Seminar yang mengangkat tema ”Pemanfataan Artificial Intelligence (AI) untuk Transformasi Lembaga Pendidikan Madrasah” ini diikuti para guru, pengelola madrasah, dan juga tokoh-tokoh masyarakat.
“Total jumlah peserta 150 orang,” ujar Ketua Pelaksana Dr. Rahmat Shodiqin, M.Pd.I. dalam laporannya.
Rektor Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A. disela-sela kesibukannya, menyempatkan diri untuk bisa berhadir dan menyampaikan sambutan.
”Alhamdulillah kita bisa bersilaturahmi dan bernostalgia dengan para guru madrasah, yang rata-rata merupakan alumnus UIN Antasari,” sapanya kepada para peserta.
Dalam kesempatan ini, Rektor juga menyapa H. Sandi Fitrian Noor, S.T., M.M., Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat RI yang mendukung penuh kegiatan ini, dan bersedia hadir serta menyampaikan keynote speech.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pak Sandi atas dukungan dan kerja samanya dari Komisi VIII, dalam rangka memberikan berbagai pelatihan dan pencerahan kepada teman-teman kita di lingkungan pendidikan keagamaan Islam di Kalimantan Selatan, termasuk juga para mahasiswa perguruan tinggi keagamaan Islam baik yang negeri maupun swasta,” ungkap Prof. Mujib.
Dirinya juga sangat antusias dengan tema yang diangkat. Menurut Rektor, saat ini kemajuan teknologi sudah sangat pesat, jauh berbeda dengan keadaan beberapa tahun yang lalu, sehingga perlu literasi dalam penggunaannya.
“Teknologi itu pada dasarnya netral, tergantung kita yang menggunakannya, untuk kebaikan atau untuk keburukan,” jelas penulis buku “Agama Generasi Elektronik” dan “Sihir Gawai” tersebut.
Menurut Prof. Mujib, teknologi itu paling tidak mempunyai tiga keistimewaan. Pertama kecepatan, yang kedua kekuatan, yang ketiga ketepatan.
Kelebihan yang dimiliki oleh teknologi ini, tentunya tegas Rektor harus dimanfaatkan dengan baik, agar membawa manfaat bagi kehidupan manusia, bukan sebaliknya malah membawa petaka.
“Karena itu, kita tentu ingin agar teknologi ini sebanyak-banyaknya mendatangkan manfaat, dan meminimalisir atau mencegah mudaratnya,” ajaknya.
Terkait dengan penggunaan AI yang saat ini sedang marak digunakan, Prof. Mujib mengingatkan agar hanya dijadikan alat bantu, bukan dijadikan satu-satunya sumber kebenaran.
“Maka yang harus kita pikirkan adalah, bahwa barang ini kita yang menciptakan dan kita yang mengendalikannya, bukan kita yang dikendalikannya,” ujarnya agar manusia bisa memanfaatkan AI dengan bertanggung jawab.
Mengingat pentingnya tema yang diangkat, Rektor berharap para peserta mengikuti dengan baik apa yang disampaikan narasumber, dan bisa mengimplementasikan pengetahuan yang didapat sesuai dengan bidangnya masing-masing.
“Bawalah hasil wawasan hari ini ke sekolah dan madrasahnya masing-masing, bagaimana kita bisa memaksimalkan manfaat dari AI, dan pada saat yang sama jangan sampai terjadi digital imperialisme, satu penjajahan baru era digital yang tidak kita sadari bisa menghancurkan kita semua,” pesannya.
Prof. Mujib kemudian mengingatkan sejarah yang termuat di dalam Al-Qur’an, ketika Nabi Ibrahim as. mengkritik orang-orang penyembah berhala. Rektor mengingatkan, jangan sampai manusia di era modern ini tunduk dan dikuasai oleh teknologi yang mereka ciptakan sendiri, sebagaimana para penyembah berhala menyembah patung yang mereka buat.
“Berhala adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan manusia tunduk pasrah kepadanya,” ujar Rektor yang juga seorang penceramah tersebut.
Berikutnya, H. Sandi menyampaikan beberapa hal penting terkait seminar ini.
“Program ini adalah inisiatif dari Kemenag RI dengan Komisi VIII. Sebagai mitra kerja, Komisi VIII sangat mendukung kegiatan ini demi kemajuan pendidikan Islam di tanah air, khususnya di Banua kita Kalimantan Selatan,” tegasnya.
H. Sandi menjelaskan, kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam atau yang disingkat NGOPI ini, selain diskusi, bisa juga diadakan dalam bentuk pelatihan dan inovasi. Dirinya pun berharap melalui seminar ini, para peserta memperoleh pengetahuan yang baik tentang perkembangan teknologi digital.
“Minimal bapak dan ibu dapat mengetahui dan dapat meningkatkan kompetensi dalam transformasi digital, khususnya penggunaan AI,” ujar wakil rakyat muda tersebut.
H. Sandi juga berharap, kegiatan ini dapat menginspirasi para peserta dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern, sehingga bisa lebih siap dan memiliki empati positif, dengan berpedoman pada dasar pendidikan di madrasah.
“Saya berharap bapak dan ibu dapat berinteraksi langsung dengan narasumber, sekaligus menimba ilmu bersama-sama demi meningkatkan kualitas dan daya saing pendidikan Islam,” ujar politikus murah senyum tersebut.
H. Sandi juga menginginkan kegiatan ini bisa menjadi wadah para peserta untuk dapat mengembangkan profesionalisme, baik sebagai kepala madrasah, wakil kepala madrasah, dan guru madrasah.
“Agar apa yang menjadi target dari Kemenag RI dalam program ini dapat terlaksana dengan maksimal,” ungkapnya.

Hadir sebagai pembicara adalah Dr. Monry Fraick Nicky Gillian Ratumbuysang, M.Pd., yang memulai paparan lewat penjelasan perbedaan kecerdasan buatan dengan kecerdasan manusia.
”Manusia berpikir dengan kesadaran, ada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Itulah yang membedakan antara manusia dengan AI, karena AI tidak ada perasaan,” ungkapnya.
Dr. Monry kemudian menyampaikan materi dengan interaktif dan menyenangkan, sehingga peserta antusias dan terlibat aktif menyampaikan pertanyaan di akhir sesi.
Di saat yang sama dengan ruang berbeda, juga dilaksanakan seminar bertemakan “Transformasi Digital: Etika dan Pemanfaatan AI dalam Karya Tulis Ilmiah.” Seminar ini menghadirkan narasumber Faisal Rahman, M.Pd., dengan peserta 150 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam di Kalsel.
(Jam/Fur/Ana)
