
Angkat Nilai Inklusif, KKN Nusantara Potret Peran Warga Tunanetra dalam Tahlilan di Dukuh Kedondong 2
KULON PROGO — Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi keagamaan negeri di Indonesia yang tergabung dalam Kelompok 5 Kuliah Kerja Nyata Nusantara, saat ini tengah menjalankan pengabdian masyarakat di Dukuh Kedondong 2, Kelurahan Banjararum, Kecamatan Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan program unggulan Desa Moderasi Beragama, mereka menemukan bahwa nilai-nilai moderasi dan inklusivitas telah tumbuh secara alami di tengah masyarakat. Salah satu bentuk nyata dari nilai tersebut tampak dalam kegiatan tahlilan dan pembacaan Yasin yang rutin dilaksanakan warga.
Kegiatan ini berlangsung dengan penuh kekhidmatan, dan menariknya dipimpin seorang warga tunanetra yang secara konsisten dipercaya memimpin doa dan bacaan. Hal ini menjadi potret kuat praktik keagamaan inklusif di masyarakat.
“Kami melihat praktik ini sebagai wujud nyata dari nilai-nilai moderasi beragama. Masyarakat dengan terbuka memberi ruang kepada siapa pun untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan, tanpa membatasi karena kondisi fisik,” ujar salah satu Anggota Tim KKN Nusantara dari Univeritas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, Senin (4/8/2025).
Setiap malam Jumat, mahasiswa KKN bersama warga terlebih dahulu melaksanakan pembacaan surah Al-Kahfi di masjid, dilanjutkan salat Isya, sebelum kemudian berjalan menuju rumah warga yang menjadi tuan rumah kegiatan tahlilan dan Yasinan. Di sinilah, nilai-nilai keterbukaan dan kepercayaan sosial tergambar nyata dalam suasana yang religius dan hangat.
Keterlibatan warga tunanetra dalam kegiatan ini merupakan bagian dari tradisi keagamaan yang telah tumbuh di tengah masyarakat Dukuh Kedondong 2. Kehadiran tim KKN Nusantara turut memperkuat semangat inklusivitas tersebut dengan mengangkatnya sebagai bagian dari narasi program Desa Moderasi Beragama, serta mendorong agar nilai-nilai keberagaman dan partisipasi ini terus dijaga, didukung, dan diberdayakan ke depannya.
“Kami justru banyak belajar dari masyarakat. Kehidupan keagamaan di sini secara alami sudah mencerminkan semangat inklusif. Tugas kami adalah mendukung dan menyuarakan nilai-nilai ini agar terus dijaga dan diteladani oleh desa-desa lainnya,” tambah mahasiswa lainnya.
Dengan mengangkat narasi ini, Kelompok 5 KKN Nusantara berharap, masyarakat luas dapat melihat bagaimana praktik moderasi beragama tidak hanya menyangkut perbedaan agama, tetapi juga menyentuh dimensi inklusivitas sosial, dengan setiap individu diberi ruang untuk mengambil peran dan dihargai dalam komunitas.
Penulis/Fotografer: Kelompok 5 KKN Nusantara 2025
Penyunting: Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi