
Mahasiswa KKN Nusantara dari UIN Antasari Aktifkan Siswa SD Pangudi Luhur III Belajar Perkalian Lewat Kincir Angin Berbahan Sampah
BANJARASRI – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Nusantara yang bertugas di Kelurahan Banjarasri, tepatnya di Dukuh Nglebeng, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar kegiatan edukatif bertajuk “Pembuatan Media Pembelajaran dari Limbah Sampah”, di SD Pangudi Luhur III, Kamis (24/7/2025).
Kegiatan ini melibatkan siswa/i kelas 4, 5, dan 6, dengan fokus pada pembuatan media pembelajaran matematika berupa kincir angin perkalian dari bahan bekas. Setiap helai kincir berisi soal perkalian (misalnya 3×4, 7×6), sedangkan jawaban ditulis oleh siswa di bagian bawahnya menggunakan spidol non-permanen. Dengan begitu, jawabannya bisa dihapus dan digunakan kembali, menjadikan alat ini praktis dan ramah lingkungan.
Seluruh siswa dibagi menjadi kelompok kecil dan didampingi para mahasiswa KKN dalam proses pembuatannya. Bahan yang digunakan berasal dari kardus bekas, stik es krim, kertas warna, tusuk sate, dan lem.
“Kami ingin menciptakan media belajar yang menyenangkan dan tidak memberatkan sekolah secara biaya. Anak-anak jadi semangat karena mereka bisa belajar sambil bermain. Soal-soal di kincir angin ini bisa mereka putar satu per satu, kemudian jawabannya ditulis sendiri. Kalau salah bisa dihapus dan dicoba lagi,” ungkap Karina, ketua pelaksana program.
Kegiatan yang dimulai sejak pagi hingga menjelang siang ini berlangsung penuh antusias. Selain belajar matematika, para siswa juga diajak mengenal pentingnya memanfaatkan kembali barang bekas agar tidak terbuang mencemari lingkungan. Salah satu peserta, Citra, siswi kelas 4, mengaku sangat senang dengan pengalaman ini.
“Aku suka karena bisa belajar perkalian sambil main kincir. Kalau salah, jawabannya tinggal dihapus terus coba lagi. Lebih mudah mengerti daripada cuma lihat di buku,” katanya sambil tersenyum lebar.
Guru-guru SD Pangudi Luhur III menyambut positif kegiatan ini, dan berharap alat-alat semacam ini bisa terus digunakan di kelas-kelas sebagai metode belajar alternatif yang interaktif dan berkelanjutan.
Para mahasiswa menegaskan, program ini menjadi bukti bahwa edukasi dan kepedulian lingkungan dapat berjalan seiring melalui kreativitas dan kolaborasi.
“Melalui media kincir angin dari sampah, para siswa tidak hanya belajar matematika, tapi juga belajar mencintai bumi,” pungkas panitia.
Penulis/Fotografer: Kelompok Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin KKN Nusantara Banjarasri
Penyunting: Pusat Humas dan Keterbukaan Informasi
