
Realisasikan PKS, Pascasarjana UIN Antasari dan IAILM Suryalaya Gelar Seminar Nasional
BANJARMASIN – Program Studi (Prodi) S-2 Ilmu Tasawuf UIN Antasari Banjarmasin bekerjasama dengan Prodi S-2 Ilmu Tasawuf Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya Jawa Barat menggelar Seminar Nasional Ilmu Tasawuf bertema “Tasawuf Nusantara dan transformasi sosial”. Kegiatan kolaboratif yang dilaksanakan pada hari Senin (23/6/2025) tersebut, dilangsungkan secara daring melalui zoom meeting.
Wakil Direktur Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin, Dr. Wahyuddin, M.Pd.I., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada panitia yang telah serius mengusahakan kegiatan seminar nasional ini dapat berlangsung.
”Pascasarjana mengapresiasi tim yang bekerja keras, sehingga seminar nasional ini bisa terlaksana,” ucapnya saat mengisi sambutan.
Ia menambahkan, selain untuk membuka wawasan, seminar ini juga bertujuan memberikan pengalaman bagi mahasiswa Prodi S-2 Ilmu Tasawuf, baik itu yang ada di UIN Antasari Banjarmasin maupun IAILM Suryalaya. Mereka berkesempatan untuk mempresentasikan artikel ilmiah dalam kegiatan seminar nasional.
”Membuka wawasan tentang tasawuf Nusantara dan transformasi sosial, yang kedua memberikan pengalaman bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Ilmu Tasawuf untuk bisa mengikuti seminar nasional,” terang Wakil Direktur Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin itu.
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., Rektor UIN Antasari Banjarmasin yang menjadi narasumber pertama dalam seminar ini menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Rektor IAILM Suryalaya, yang telah bersedia bekerjasama. Dimaklumi bahwa kegiatan ini merupakan realisasi dari perjanjian kerjasama (PKS) antara UIN Antasari dan IAILM Suryalaya, setelah beberapa waktu lalu juga telah dilaksanakan seminar di IAILM Suryalaya.
”Terimakasih kepada Rektor IAILM yang telah bersedia bekerjasama dengan UIN Antasari. Ini salah satu bentuk realisasi kerjasama kita, setelah dilaksanakan juga seminar disana,” terang Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A.
Rektor menekankan harapan, agar kerjasama antar kedua pihak terus terpelihara.
Dalam paparannya tentang tasawuf nusantara dan transformasi sosial, Prof. Mujib menjelaskan sejarah tasawuf di dunia sampai bisa berkembang di Indonesia. Gaya bahasa yang sangat sederhana, memudahkan para peserta seminar untuk memahami materi dengan baik.
Menurutnya, tasawuf bisa diterima dengan baik di Nusantara karena dibawa dengan mengakomodir budaya-budaya yang telah ada.
”Tak ada globalisasi yang murni, tapi yang ada adalah glokalisasi. Globalisasi yang mendialogkan antara yang lokal dan yang global,” terang Rektor saat menjawab pertanyaan peserta di sesi diskusi.
Pembicara kedua Rektor IAILM Suryalaya, Dr. H. Asep Salahudin, M.A., sangat antusias memaparkan materi tentang bagaimana walisongo bisa menampilkan Islam Nusantara dengan baik. Mereka berdakwah dengan lemah lembut tanpa kekerasan, dan mencari titik temu antara ajaran agama dan budaya.
”Walisongo adalah rujukan sejarah keagamaan yang berhasil menampilkan jiwa Islam Indonesia. Mereka menghadirkan Islam di ruang publik tidak lewat cara kekerasan atau pemaksaan tapi mencari titik temu antara budaya dan agama,” sampai Rektor IAILM Suryalaya itu.
Seminar berlangsung menarik dengan dipandu Dr. Try Riduwan Santoso, M.A.
Setelah pemaparan mareri oleh kedua narasumber, dilanjutkan sesi presentasi artikel oleh para peserta yang telah mengirimkan sebelumnya sesuai dengan jadwal.
Total ada 13 artikel yang diloloskan panitia, baik itu dari UIN Antasari maupun dari IAILM Suryalaya.
”Ada 13 yang diterima panitia, baik itu dari dosen maupun mahasiswa,” sampai Dr. Muhammad Iqbal, M.S., Ketua Panitia yang merupakan Ketua Prodi S-2 Ilmu Tasawuf UIN Antasari Banjarmasin.
(Jam/Hai/Ana)
Baca juga:
Apel Senin, Doktor Zainal Abidin: Penelitian, Pengabdian, dan Jurnal Berkembang Bagus