
Workshop Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama, Prof Sagir: ASN UIN Antasari Harus Menjaga Persatuan dan Kesatuan
BANJARMASIN – Pusat Kajian Moderasi Beragama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin menggelar kegiatan Workshop Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama, Sabtu (05/12/2025). Acara dilangsungkan di Aula Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Kampus 1 Banjarmasin, dengan dihadiri 47 Dosen CPNS dan PPPK Angkatan 2025.
Koordinator Pusat Kajian Moderasi Beragama, Syaipul Hadi, S.IP., MA., dalam laporannya menyampaikan bahwa workshop ini sebagai bagian dari upaya menjaga harmoni di Kalimantan Selatan.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman dosen muda mengenai nilai-nilai kebangsaan, pentingnya menjaga harmoni di tengah keragaman, serta mendorong praktik moderasi beragama dalam kehidupan kampus serta masyarakat,” tekan Koordinator Syaipul.
Dirinya juga menjelaskan bahwa gelaran kali ini adalah workshop moderasi beragama terakhir untuk tahun 2025.

Sementara itu, Rektor UIN Antasari yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag., dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan menyoroti peran ASN di tengah masyarakat. Menurutnya sebagai seorang ASN, harus bisa menjaga dan merawat perbedaan, karena negara ini dibangun di atas perbedaan, bukan milik agama dan organisasi tertentu.
“Kita harus setuju untuk perbedaan, agree to disagree. Moderasi beragama bukan sekadar wacana, tetapi harus menjadi komitmen bersama di lingkungan Perguruan Tinggi,” ujarnya mengutip pesan dari Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, mantan Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan IV dan V.

Prof. Sagir menceritakan sejarah konsep menerima dan menghargai perbedaan yang awalnya bernama P4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, kemudian berubah menjadi moderasi beragama, lalu saat ini berubah menjadi kerukunan umat beragama. Hanya berubah nama, tetapi esensinya tetap sama berupa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan, serta keharmonisan umat beragama.
“Para dosen berperan strategis dalam menanamkan nilai moderat kepada generasi muda. Workshop ini menjadi salah satu bentuk ikhtiar untuk memperkuat pemahaman ini,” pungkas Prof. Sagir.
Para peserta menyambut positif, dan menilai workshop ini memberikan wawasan baru sekaligus keterampilan praktis untuk menerapkan nilai kebangsaan dan moderasi dalam ruang akademik maupun sosial.
(Ami/Ana)




